Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Kuatkan Kekhasan Ekraf Desa Wisata di Kota Yogya, Dinpar DIY Gelar Workshop Unique Selling Point

Workshop tersebut diharapkan dapat memantik inovasi pelaku ekraf di Kota Yogyakarta dan menemukan unique selling point. 

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Christi Mahatma
Suasana workshop Unique Selling Point bagi pelaku ekonomi kreatif di kampung wisata di Omah Glagahsari Homestay, Rabu (13/12/2023). 

Sebab didominasi oleh pra lansia dan lansia.

Untuk itu diperlukan kolaborasi dengan generasi muda, khususnya dalam hal pemasaran digital. 

Dwi juga menyoroti pentingnya HAKI.

Menurut dia, saat ini dunia bisnis sangat terbuka, sehingga siapapun bisa melakukan bisnis.

Dengan memiliki HAKI, maka brand pelaku ekonomi kreatif bisa terlindungi. 

"Jadi nanti tidak ditiru. Misalnya ada suatu produk, kemudian nanti ditiru oleh orang lain, dengan harga yang lebih murah. Tentu produk aslinya malah tergilas. Makanya penting juga memiliki HAKI," ujarnya. 

Dosen STIE YKPN Yogyakarta, Bianka Andriyan, S.E., M.M mengungkapkan unique selling point merupakan keunggulan sehingga pelaku usaha dapat menghasilkan produk dan layanan yang punya ciri khas dan berdaya saing.

Keunikan tersebut harus dimiliki pelaku ekraf sebab menjadi support system bagi keberlangsungan destinasi wisata, dalam hal ini desa wisata

"Jadi tidak hanya produknya, tetapi layanannya juga harus punya kekhasan. Inovasi layanan juga diperlukan, misalnya dengan digitalisasi pembayaran, agar pembeli mudah dalam bertransaksi,"ungkapnya. 

Untuk menemukan unique selling point, pelaku usaha harus merefleksikan kualitas produk hingga standar keamanan produk.

Setelah itu dibutuhkan komitmen kuat agar konsisten dalam berproduksi.

Menurut dia, komitmen dan konsistensi dalam produksi menjadi salah satu kendala pelaku ekraf, terutama yang sedang merintis. 

"Setelah itu melihat pasar, pasar yang dituju itu siapa, segemen pasarnya harus jelas. Misal bakpia, dari packaging sudah, kualitas sudah, nah perlu inovasi. Misalnya sasaran lansia, bisa nggak kalau kombinasi dua kacang, kacang ijo sama kacang merah. Atau menyasar anak muda, kalau pakai mozarella bisa nggak," paparnya. 

"Kemudian benchmarking, selama ini bakpia hanya sebagai oleh-oleh. Bisa nggak kalau kemudian jadi hampers Natal misalnya, jadi hadiah, dan lainnya. Memang jiwa wirausaha itu harus ditumbuhkan, sehingga mau terus konsisten produksi dan berinovasi,"imbuhnya. ( ADV ) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved