Berita Jogja Hari Ini

DP3AP2 DIY Tekankan Pentingnya Jaga Kesehatan Mental Remaja Untuk Ciptakan Generasi Berkualitas

Agar kesehatan mental remaja positif, peran orangtua dalam mendampingi anak sangat penting. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak, bisa membuat

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Christi Mahatma Wardhani
Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi dan Komisi D DPRD DIY, Koeswanto dalam Podcast Bincang Keluarga. 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menjaga kesehatan mental remaja ternyata sangat penting dalam menciptakan SDM yang berkualitas di masa depan. 

Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi mengatakan remaja dengan kondisi mental yang baik, didukung dengan suport sistem yang positif, akan membuat remaja tumbuh dan berkembang dengan baik pula. 

Sebaliknya, jika kondisi keluarga dan lingkungan tidak mendukung, tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada kesehatan mental yang tidak baik.

Dampaknya di masa depan, remaja bisa berpartisipasi dalam pembangunan dengan baik, bahkan bisa mengalami depresi. 

"Sehingga ini seperti roda yang berputar. Remaja dalam parenting yang baik, mendapat dukungan baik dari sekolah dan lingkungan, tentu remaja ini bisa berperan dalam pembangunan. Ketika nanti berkeluarga juga bisa berkembang secara positif.  Begitu juga sebaliknya. Bisa saja orang dewasa yang saat ini melakukan tindakan menyimpang, pertumbuhan saat remajanya juga kurang baik,"katanya dalam Podcast Bincang Keluarga. 

Agar kesehatan mental remaja positif, peran orangtua dalam mendampingi anak sangat penting. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak, bisa membuat remaja menjadi nyaman.

Upaya komunikasi pun bisa dilakukan dengan berbagai hal, seperti mengajak anak berwisata, ikut menekuni hobi anak, dan lainnya. 

"Dengan begitu, orangtua tahu dunia anak itu seperti apa. Karena dunia anak dan orangtua kan berbeda. Sehingga kalau melakukan pendekatan pada anak ya harus dengan cara anak. Orangtua juga jangan memaksakan kehendak, harus ada diskusi-diskusi agar tercapai kesepakatan bersama. Kalau anak melalukan kesalahan, ya coba diajak bicara pelan-pelan, bisa sambil healing atau yang lain," sambungnya. 

Erlina juga menekankan pentingnya mengamati perubahan perilaku anak, terutama yang mengarah pada kesehatan mental. Misalnya terjadi perubahan suasana hati yang drastis, hilangnya minat atau semangat, tidak memiliki motivasi, suka mengisolasi diri, dan lainnya. 

Perubahan-perubahan tersebut bisa dilihat apabila orangtua mengikuti perkembangan sang anak. Sehingga penting bagi orangtua untuk mengenali karakter anak. 

"Kalau ada gejala itu, terus misal susah tidur, nggak semangat, nggak konsentrasi dan lainnya, ajak komunikasi. Cari tahu apakah ada yang dipikirkan. Guru di sekolah kalau melihat ada perubahan yang terjadi pada anak didiknya juga bisa melakukan pendekatan. Cari tahu apa yang terjadi, ajak komunikasi baik-baik. Karena kalau dibiarkan, anak stres, kemudian bisa depresi, bisa kemidian melukai diri, atau parahnya lagi bisa melakukan tindakan bunuh diri," terangnya. 

Sementara itu, Komisi D DPRD DIY, Koeswanto menyebut remaja adalah usia krisis, dimana anak memasuki fase remaja yang cenderung suka mencoba hal baru.

Sehingga orangtua perlu melakukan pendekatan emosional dengan anak melalui komunikasi yang baik. 

"Sepanjang komuniaksi dilakukan dengan baik, melakukan pendekatan emosional, anak akan memahami. Jangan sampai anak itu takut pada orangtua, sehingga ada keterbukaan. Tidak bisa orangtua membawa pemahaman zaman dulu, pada anak zaman sekarang. Sehingga harus ada komuniaksi yang baik, anak dibimbing. Kalau ada kesalahan ya diperbaiki pelan-pelan," ujarnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved