Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Tepis Kampanye Negatif BPA, 2 Profesor Ini Sebut AMDK Berbahan Polikarbonat Aman Dikonsumsi

Kampanye negatif BPA ditepis dua profesor dari dua universitas ternama di Indonesia, yang mengaku tak terpengaruh oleh isu yang beredar.   

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Ilustrasi AMDK galon polikarbonat. 

TRIBUNJOGJA.COM -  Kampanye negatif Bisfenol A (BPA) terus digulirkan pihak-pihak tertentu dan semakin kerap dijumpai dalam beberapa waktu terakhir.

Namun, kampanye negatif tersebut ditepis dua profesor dari dua universitas ternama di Indonesia, yang mengaku tak terpengaruh oleh isu yang beredar.   

Pakar Polimer Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Achmad Zainal Abidin, berujar, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) galon polikarbonat sudah dikonsumsi masyarakat selama 40 tahun lebih.

Menurutnya, dalam ilmu polimer, polikarbonat merupakan bahan plastik yang aman dan dinyatakan baik untuk bungkus atau kemasan makanan dan minuman.

"Saya dan semua yang di ITB saya perhatikan pakai galon polikarbonat. Semua aman dan sehat walafiat. Kita tidak terimbas isu itu (BPA) karena kita bergerak dengan ilmu pengetahuan, bukan isu," katanya, melalui keterangan tertulis, Kamis (2/11/2023).

Baca juga: Ahli Kandungan Sebut Air Galon dan Kemandulan Tidak Ada Korelasinya

Dari sisi properties thermal, ungkap Zainal, sifat dari bahan polikarbonat terhadap suhu atau temperatur, kemasan ini termasuk kuat. 

Begitu juga dari sisi properties terhadap mekanik seperti gesekan, benturan, goresan, polikarbonat merupakan bahan plastik yang terbilang bagus.

"Nah, sekarang orang ribut dengan BPA, yang seharusnya masyarakat itu jangan ditakut-takuti dan harus dikasih informasi yang benar. Karena itu kan sudah diatur oleh BPOM," ucapnya.

Sementara, Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH. M.Li, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, menuturkan, penyebaran isu galon Polikarbonat itu merupakan bentuk persaingan dagang yang tidak sehat. 

Menurutnya, yang dikhawatirkan dari perang yang tidak fair, atau sering disebut sebagai unfair business practices adalah dampaknya kepada masyarakat. 

"Masyarakat menjadi takut meminumnya. Beda dengan kita orang akademisi, yang akan menanyakan apa evidence based-nya dari isu itu," ujarnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved