Berita Sleman Hari Ini

Musim Kemarau, Peternak Sapi di Sleman Kesulitan Dapatkan Pakan 

Musim kemarau panjang dengan cuaca panas ekstrem akibat fenomena el nino menyebabkan sebagian wilayah di Kabupaten Sleman mengalami kekeringan

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Ahmad Syarifudin
Peternak kambing di Cangkringan, Kabupaten Sleman memanfaatkan pakan fermentasi untuk kebutuhan pakan ternaknya di musim kemarau. Pakan yang terbuat dari beberapa unsur yang dicacah dan dikeringkan ini dinilai lebih mudah. Apalagi ditengah kemarau kering yang membuat ketersediaan daun hijauan berkurang. 

Selain itu, saat kondisi kering seperti sekarang ini, Ia meminta agar peternak rutin mengamati kondisi ternaknya dan pastikan memberikan air minum dalam jumlah yang cukup.

Sebab, musim kemarau panas mengakibatkan ternak mudah stres. 

"Bila ditemukan gejala sakit segera menghubungi pusat kesehatan hewan," kata Nanang.

Selama musim kemarau, jawatannya mengaku terus memantau kondisi ternak di wilayah melalui teman-teman petugas lapangan yang ada di UPTD Balai Penyuluhan Pertanian Pangan dan Perikanan, Wilayah I sampai VIII serta petugas yang ada di 14 Pusat Kesehatan Hewan di Kabupaten Sleman.

Mundur 

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY sebelumnya telah memprediksi awal musim hujan secara umum di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dimulai bulan November dasarian pertama hingga bulan Desember dasarian pertama.

Jika dibandingkan normal awal musim hujan, yang semula diprediksi Oktober, maka awal musim hujan tahun ini diprakirakan mundur 2 hingga 3 dasarian akibat fenomena el nino.

"Betul. Awal musim hujan di wilayah DIY umumnya mundur 2 sampai dengan 3 dasarian. Prakiraan di DIY awal musim hujan terjadi pada bulan November dasarian 1 sampai dengan Desember dasarian 1," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas. 

Mundurnya prakiraan awal musim hujan ini karena fenomena el nino yang menyebabkan intensitas curah hujan menjadi berkurang.

Alhasil awal musim hujan umumnya mundur. Mundurnya awal musim hujan ini perlu antisipasi dini.

Reni meminta kepada masyarakat maupun instansi terkait agar mewaspada terhadap dampak yang ditimbulkan.

Seperti potensi kekeringan maupun potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Warga juga diminta untuk menjaga kondisi tubuh dengan banyak mengonsumsi air putih plus vitamin untuk mencegah dehidrasi.

Sebab, musim kemarau yang panjang bisa menyebabkan suhu lebih panas dan udara dirasakan lebih kering. Banyak debu di atmosfer yang dapat menggangu alat pernafasan.

Masyarakat juga diimbau bijak menggunakan air bersih. Agar kebutuhan air minum dan air untuk kebutuhan rumah tangga dapat tersedia secara efisien dan multiguna untuk berbagai kebutuhan. (rif)

 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved