Berita Purworejo

Kisah Ariyanto, Warga Purworejo yang Selama 10 Tahun Tak Gunakan Gas LPG karena Manfaatkan Biogas

Sudah sekitar 10 tahun lamanya, Ariyanto, warga Desa Tangkisan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, tidak menggantungkan penggunakan

|
Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Dewi Rukmini
Ariyanto (45), warga Desa Tangkisan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menunjukkan nyala api hasil dari kompor biogas kotoran sapi, Senin (9/10/2023). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, PURWOREJO - Sudah sekitar 10 tahun lamanya, Ariyanto, warga Desa Tangkisan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, tidak menggantungkan penggunakan gas LPG untuk memenuhi kebutuhan dapur. 

Sebab, pria berusia 45 tahun itu sudah memanfaatkan kotoran sapi untuk diolah menjadi biogas

Biogas tersebut yang Ari gunakan untuk menghidupkan kompor dan memasak. Sehingga menggantikan penggunaan kompor kayu ataupun tabung gas LPG

Api yang dihasilkan dari biogas itu terlihat berwarna biru dan menyala cukup besar serta stabil. 

Berkat memanfaatkan energi gas metana dari kotoran sapi itu, Ari berhasil menghemat uang ratusan ribu hingga jutaan rupiah sebulan. Bahkan, inovasi mandiri energi itu juga dimanfaatkan oleh tetangga Ari secara gratis. 

Ari menyebut mulai menerapkan pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas sejak 2013 lalu. Ia bercerita ide tersebut muncul dari kakaknya yang seorang Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, bernama Karnoto. 

"Dulu sekitar 2010 di desa ini masih sering banjir dan rumah saya menjadi tempat berkumpulnya warga. Ketika warga buang air, kakak saya berpikir sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan (kotorannya). Akhirnya kakak memutuskan berternak sapi dan memanfaatkan kotorannya untuk diolah menjadi biogas," ucap Ari kepada Tribunjogja.com, Senin (9/10/2023). 

Pada awalnya, Ari memiliki sapi sebanyak 36 ekor yang bisa menghasilkan belasan kg gas dalam sehari. Di mana bisa mencukupi kebutuhan memasak untuk 13 rumah di sekitar rumah Ari. 

Baca juga: CERITA di Balik Munculnya Makam Jambu Mangli di Kulon Progo Yogyakarta

Baca juga: Tukang Rudapaksa Asal Sleman Kini Cuma Bisa Menunduk Setelah Ditangkap, Dua Gadis Jadi Korban

Namun seiring berjalannya waktu, dia tinggal memiliki sapi 12 ekor yang menghasilkan gas metana sekitar 3 kg dalam sehari. Gas tersebut kini dimanfaatkan oleh tiga rumah untuk memasak. 

Tribunjogja.com berkesempatan melihat berkeliling di rumah Ari pada Senin (09/10/2023). Kandang sapi Ari berada di bagian depan rumahnya yang langsung menghadap ke jalan utama. 

Kandang sapi tersebut terlihat lebih bersih meski sesekali masih terhirup aroma khas kotoran sapi. 

Di lantai kandang terlihat ada saluran pembuangan kotoran sapi yang bermuara ke sebuah bak penampung berukuran 2x2 meter sedalam 2 meter. Bak tersebut terkubur di dalam lantai koridor menuju dapur rumah Ari. 

Tak jauh dari lokasi itu ada bak penampung kedua yang merubah wujud kotoran sapi menjadi cair. Kemudian, dialirkan ke bak penampung ketiga yang berada di kuar rumah. Bak penampung ketiga itu yang akan jadi tempat perubahan cairan kotoran menjadi gas dan pupuk cair. 

"Untuk gas metana dialirkan ke kompor menggunakan instalasi dari pipa besi. Prosesnya terjadi setiap hari karena pasti masih ada sisa gas kemarin. Kalau warga mau pakai biogas monggo (silahkan) tidak dipungut biaya asalkan memasnag instalansi gas. Kalau pupuk cair juga boleh diminta warga," jelasnya. 

Selain menghemat gas LPG, biogas juga Ari manfaatkan untuk menghidupkan lampu petromak ketika listik PLN padam. Selain itu, di rumah Ari juga memasang panel surya, sehingga ketika terjadi pemadaman listrik, lampu di rumah Ari bisa tetap hidup hingga 12 jam. 

Ari menyebut, rumahnya yang memanfaatkan energi biogas dan panel surya telah menjadi percontohan bagi desa. Dikatakan sejumlah universitas dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHP) pernah berkunjung ke rumahnya. 

"Dulu pernah diikutkan lomba yang digelar Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, jadi Juara Harapan Satu Desa Mandiri Energi pada 2019 dan dapat Juara Dua Desa Mandiri Energi 2021," ujarnya. 

Pihaknya juga mengaku pernah mendapatkan pelatihan terkait pengolahan biogas dari Kementerian LHP. Dalam hal itu, ia mengirimkan dua orang penjaga kandang sapi agar bisa mengolah kandang dan biogas dengan baik. (drm)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved