KALIMAT Pertanyaan Terakhir Sebelum Pria Asal Bantul Jatuhkan Diri dari Tower
dua kejadian mengakhiri hidup di Kabupaten Bantul. Keduanya menggunakan cara yang sama yaitu menjatuhkan diri dari ketinggian
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com Bantul - Pada sepekan ini ada dua kejadian mengakhiri hidup di Kabupaten Bantul. Keduanya menggunakan cara yang sama yaitu menjatuhkan diri dari ketinggian tertentu.
Kasus pertama yaitu mahasiswi asal Lampung yang baru menempuh ilmu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (2/10/2023) sekira pukul 06.15 WIB
Kasus kedua seorang warga Bantul meloncat dari tower seluler di Kretek, Bantul, Selasa (3/10/2023).
1. Loncat dari Tower

Baca juga: Kabar Terbaru Mahasiswi Asal Purworejo Hilang Kontak di Yogyakarta, Pengakuan Sang Ibu
Baca juga: PRAKIRAAN Cuaca Panas di Jogja, Sleman dan Sekitarnya Jumat 6 Oktober 2023, Suhu Serasa 40 Derajat
Seorang warga Padukuhan Pangkah, Kalurahan Tirtosari, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, berinisial OA (26) tewas seusai melakukan aksi mengakhiri hidup.
Kapolsek Kretek, AKP Haryanto, mengkonfirmasi, kebenaran kejadian tersebut berlangsung di BTS Seluler Tower atau tower seluler yang berada di Padukuhan Tegalsari, Kalurahan Donotirto, Kapanewon Kretek, Selasa (3/10/2023).
Disampaikannya, sebelum kejadian itu berlangsung, korban sempat melakukan periksa kesehatan jiwa dan diantar oleh keluarganya ke Puskesmas Kretek.
"Kemudian, dari Dokter Puskesmas Kretek diarahkan bertemu dengan petugas Psikologi.
"Namun demikian korban tidak mau. Korban, ingin pulang ke rumahnya," jelasnya.
Mengetahui hal itu, petugas psikolog langsung membujuk korban untuk menjalani tes psikologi.
Korban, juga diberi penjelasan untuk diantar pulang sekira pukul 12.30 WIB.
Akhirnya, korban pulang ke rumahnya berboncengan dengan petugas psikolog.
Mereka pulang ke rumah korban mengenakan sepeda motor.
Namun, dalam perjalanan pulang, korban merasa gelisah dan sempat mengutarakan pendapat kepada petugas psikolog itu.
"Korban sempat bilang kepada petugas psikolog, seandainya besuk tidak ketemu saya (korban OA) lagi bagaimana?
"Karena semua orang akan menyalahkan saya (korban OA)," jelasnya.
"Kemudian, sepeda motor (dikendarai petugas psikolog) berhenti di dekat tower seluler ( tempat kejadian perkara).
"Tiba-tiba korban turun dari sepeda motor itu dan naik pagar tower seluler," imbuh AKP Haryanto.
Setelah di dalam pagar tower seluler, korban langsung naik ke tower seluler setinggi kurang lebih 30 meter.
Petugas psikolog itu langsung bergegas untuk berusaha menghampiri korban.
Sayangnya, posisi korban sudah memanjat tower seluler di tepat kejadian perkara.
"Setelah itu, korban bunuh diri dengan cara melepaskan pegangan tangan dari tower dan jatuh dari tower ke plasteran bawah ( BTS Seluler Tower)," terang AKP Haryanto.
"Mengetahui itu, seorang warga setempat langsung menghubungi Polsek Kretek dan Puskemas Kretek.
"Tidak lama kemudian petugasPuskesmas Kretek dan Tim Inafis Polres Bantul tiba di lokasi kejadian," imbuh dia.
Baca juga: KESAKSIAN Sepupu Mahasiswi Akhiri Hidup di Kompleks Asrama Putri, Ayah Almarhum Diminta ke Jogja
Baca juga: KISAH Hilangnya Mahasiswi Asal Purworejo, Terakhir Kirim Pesan Berada di Yogyakarta
Pengakuan Saksi
Seorang warga Padukuhan Tegalsari, Dian, juga menceritakan peristiwa seorang pria yang melompat dari sebuah tower yang ada di Kretek, Bantul.
Saat peristiwa itu terjadi, Dian mengaku sedang berada di rumah dan sempat melihat kondisi korban.
Menurut kesaksian Dian, saat kejadian itu berlangsung, dia awalnya berada di dalam rumah.
"Saya saat itu sedang di dalam rumah. Tiba-tiba ada orang teriak-teriak, saya kira itu pemilik rumah yang saya kontrak," katanya.
Ia pun mengecek sumber suara itu dan mengetahui ada sekitar enam orang yang sedang merapat di lokasi dan membantu menangani OA.
"Waktu saya keluar rumah, orang itu (korban OA) belum meninggal. Dia posisinya lagi di tower sambil berayun-ayun," ungkapnya.
"Terus, saya ngabarin ke tetangga saya untuk hubungi polisi. Tapi, polisi belum sampai tiba-tiba orang itu (korban OA) jatuh," sambung Dian.
Mengetahui kejadian itu, Dian langsung merasakan panik dan tidak bisa berpikir panjang.
Sekujur tubuh Dian pun merasakan gemetar.
Namun, ia menyempatkan diri untuk melihat korban tersebut.
"Pas jatuh kondisi dia (korban OA) masih hidup dan sempat ngeraung-raung kayak merintih kesakitan gitu. Enggak lama, orang itu (korban OA) diam. Saat dicek ternyata sudah meninggal dunia," bebernya.
"Setelah itu, polisi pada datang dan enggak tahu ngapain di sana (tempat kejadian perkara). Setelah itu, katanya mereka bawa korban ke rumah sakit," sambung dia.
Saat disinggung mengenai identitas korban, Dian menyampaikan bahwa yang bersangkutan diduga memiliki gangguan jiwa.
Namun, ia tidak mengetahui informasi lebih jauh sejak kapan orang tersebut mengalami penyakit tersebut.
"Informasi itu cuma saya tahu dari orang-orang saja. Katanya sih sudah lama tapi pastinya kapan saya tidak tahu," ujar Dian.
Rasa Bersalah

AKP Haryanto mengatakan, korban OA harus menjalani pemeriksaan kesehatan di Puskesmas setempat dihantui rasa bersalah.
"Menurut keterangan orang tua korban, korban itu merasa tertekan karena pernah mengalami kecelakaan dan menabrak seseorang," bebernya.
"Dari situ, korban memiliki rasa bersalah.
"Orang tua korban, menyebut bahwa korban merasa di hantui dengan rasa takut atau ketakutan," tandas AKP Haryanto.
Baca juga: KISAH Hilangnya Mahasiswi Asal Purworejo, Terakhir Kirim Pesan Berada di Yogyakarta
2. Mahasiswi Kampus UMY

NYAWA SMQF tak tertolong setelah ditemukan tertelungkup di lantai dasar gedung asrama putri kampus mdi Dusun Ngebel, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Senin (2/10/2023) sekira pukul 06.15 WIB.
Almarhumah sempat dibawa ke rumah sakit namun tak tertolong karena mengalami luka serius di beberapa bagian tubuh.
Bagaimana kesaksian sepupu almarhumah sebelum peristiwa ini terjadi?
Sepupu korban bernama Yulia mengatakan, SMQF adalah sosok yang ceria.
Namun, di sisi lain ia juga memiliki kepribadian yang cukup tertutup.
Hal itu diungkapkan Yulia saat diwawancarai awak media di rumah duka di Bandar Lampung, Selasa (3/10/2023).
"Almarhumah orangnya tertutup. Kalaupun curhat, dia cuma saudara kandungnya, adiknya yang nomor tiga," ungkap Yulia.
"Karena orangnya tertutup, jadi saya juga kaget denger kabar ini," imbuh perempuan berjilbab ini.
Yulia mengaku pertama kali mendapat kabar duka itu dari ayah korban.
Namun, pihak keluarga belum mengetahui penyebab pasti kematiannya.
"Pertama kali dapat kabar itu, papa korban langsung hubungi saya. Tapi belum tahu (meninggal) karena apa. Tahunya setelah banyak berita di media," kata dia.
"Untuk persisnya kenapa dia (korban) mengambil keputusan seperti ini (mengakhiri hidup), kita nggak ada yang tahu," sambungnya.
Yulia melanjutkan, pasca kejadian ini, orang tua korban diminta kepolisian untuk datang ke Yogyakarta guna memberi keterangan.
"Kami dapat info kalau papa korban masih harus ke Jogja. Itu permintaan dari kepolisian, karena ada yang masih perlu diusut," jelas Yulia.
Tak menutup kemungkinan polisi akan datang ke rumah duka untuk melakukan pemeriksaan dan mengumpulkan alat bukti.
"Kemungkinan juga pihak kepolisian akan datang ke sini (rumah duka) untuk mencari bukti-bukti pendukung," tambahnya.
"Karena peristiwa ini juga melibatkan pihak kampus, dan kejadiannya juga di dalam lingkungan kampus, jadi termasuk keluarga juga diminta memberi keterangan," pungkasnya.
Kedatangan jenazah mahasiswi asal Bandar Lampung yang meninggal di Yogyakarta disambut tangis haru keluarga, Selasa (3/10/2023).

Pantauan Tribunlampung.co.id di rumah duka yang berlokasi di Jagabaya II, Bandar Lampung, jenazah mahasiswi berinisial SMQF itu tiba sekira pukul 12.23 WIB.
Jenazah dibawa dengan menggunakan mobil ambulans.
Kedatangan jenazah seketika disambut tangis haru oleh keluarga yang sudah menunggu sejak pagi.
Selanjutnya jenazah langsung dibawa masuk ke rumah duka disambut iringan salawat dari anggota keluarga.
Di dalam rumah, isak tangis keluarga pecah saat peti jenazah korban dibuka.
Terlihat beberapa orang wanita menangis histeris sembari berdoa dan meminta dosa-dosa korban diampuni.
Setelah itu, jenazah korban dipindahkan ke keranda untuk selanjutnya disalatkan lalu dimakamkan.
Adapun jenazah korban dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jagabaya II.
Awal Mula Kasus

Diberitakan Tribunjogja.com sebelumnya, berdasar penuturan saksi, Talkis Nurdiyanto, sebelum kejadian itu, dirinya sedang mengerjakan tugasnya di ruangan gedung lantai dasar.
Hingga pada momen tertentu, saksi mendengar suara sesuatu terjatuh.
Karena penasaran dengan suara itu, saksi kemudian mengecek dan melihat korban sudah dalam posisi tertelungkup.
Kala itu, sang mahasiswi tak ada respon namun masih hidup.
Spontan saja, saksi meminta bantuan kepada saksi lain yang bernama Sugeng.
Sugeng adalah cleaning service di gedung tersebut.
Keduanya coba memindahkan korban diatas meja ruang belajar bersama lantai dasar gedung.
Dilanjutkan dengan, petugas keamanan gedung yang diketahui bernama Irwan menelpon petugas medis.
Harapannya datang membawa ambulance.
Namun karena tidak kunjung datang bantuan medis, para saksi berinisiatif membawa korban ke Rumah Sakit dengan menggunakan mobil milik saksi Talkis.
Setibanya di RS PKU Gamping, saat dilakukan pemeriksaan denyut nadi masih ada.
Tapi kondisi itu tak bertahan lama, lebih kurang 10 menit kemudian korban dinyatakan sudah meninggal dunia.
Pihak Kampus
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UMY Faris Al-Fadhat mengungkapkan bahwa SM memiliki riwayat gangguan mental, yang diduga menjadi pemicu untuk mengakhiri hidupnya.
"Almarhumah memiliki riwayat psikiater sebelum masuk UMY dan di UMY juga sudah kami tangani melalui psikolog kami. Jadi sebelumnya yang bersangkutan memiliki riwayat gangguan mental," jelasnya.
Keterangan Polisi
Kasi Humas Polres Bantul Iptu I Nengah Jeffry mengungkapkan, korban diduga nekat mengakhiri hidup lantaran depresi setelah pada malam hari sebelum kejadian sempat meminum obat langsung 20 biji.
"Ditemukan bekas bungkus di kamar dan keterangan saksi, dan teriak menangis histeris," kata Iptu I Nengah Jeffry.
"Sempat ditolong dibawa ke rumah sakit untuk bantuan medis dan obat berhasil dimuntahkan, dan dari voice note yang dikirim korban berkeinginan mengakhiri hidup," lanjutnya.
Setelah kembali ke asrama, pagi harinya korban yang tidur di salah satu kamar di lantai empat.
Hingga akhirnya diketahui sudah jatuh ke bawah.
"Sebab pernah berkata pada rekannya kalau jatuh dari lantai empat mati apa tidak, sehingga dugaan korban bunuh diri karena depresi dengan lompat dari lantai empat dan membentur genting dan lantai konblok,"
Korban mengalami luka pada kepala bagian belakang, luka dalam, patah kaki kiri bagian bawah, lecet lecet pada kaki dan tangan. (Tribunjogja.com/nei/han)
Disclaimer: Informasi ini bukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa.
Jika mengalami tanda-tanda depresi dengan kecenderungan
pemikiran untuk mengakhiri hidup, sebaiknya segera melakukan konsultasi ke psikolog, psikiater, atau pihak-pihak terkait.
Baca juga: KISAH Hilangnya Mahasiswi Asal Purworejo, Terakhir Kirim Pesan Berada di Yogyakarta
Alasan Van Gastel Jarang Lakukan Pergantian Pemain PSIM Yogya hingga Minta Rafinha Tunggu Momentum |
![]() |
---|
Civitas Akademika FKIK UMY Kecam Insiden Intimidasi yang Dialami Dokter Syahpri, Ini Sikapnya |
![]() |
---|
DPRD Bantul Tergetkan Perubahan Perda Tentang LP2B Rampung pada Triwulan III 2025 |
![]() |
---|
Cerita Petinju Fitra Aulia Pangkas Berat Badan hingga 7 Kg demi Naik Ring F2F Showcase Yogyakarta |
![]() |
---|
Seorang Karyawan Toko Oleh-oleh di Jogja Gelapkan Uang Hasil Penjualan untuk Main Judi Slot |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.