Puncak Perayaan Sekaten di DIY, Keraton Yogyakarta Bakal Gelar Garebeg Mulud
Prosesi pelaksanaan Garebeg Mulud tahun ini dilakukan dengan iring-iringan bregada prajurit dan tujuh gunungan.
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat akan melaksanakan tradisi Garebeg Mulud yang juga menjadi puncak acara dari peringatan hari kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad SAW pada 28 September 2023 mendatang.
Prosesi pelaksanaan Garebeg Mulud tahun ini dilakukan dengan iring-iringan bregada prajurit dan tujuh gunungan.
Gunungan yang berada di Bangsal Pancaniti, Kamandungan Lor nantinya akan diarak oleh para Kanca Abang melalui Regol Brajanala-Sitihinggil Lor-Pagelaran, kemudian keluar lewat barat pagelaran menuju Masjid Gedhe Kauman.
"Di Masjid Gedhe, setelah didoakan, akan ada dua buah gunungan yang dibawa menuju Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan,” ujar Penghageng II KHP Widya Budaya KRT Rintaiswara, Rabu (20/9/2023).
Kanjeng Rinta, sapaannya, menambahkan, sebelum dilakukan prosesi Garebeg Mulud, terlebih dulu akan dilakukan prosesi Numplak Wajik.
Pelaksanaannya berlangsung di Panti Pareden, Kompleks Magangan pada Senin (25/9/2023) selepas Ashar, prosesi itu akan dipimpin oleh para putra dalem.
"Sementara untuk gladi resik prajurit akan berlangsung Minggu (24/9/2023) mulai pukul 15.30 WIB,” terangnya.
Terdapat 10 Bregada Prajurit Keraton yang akan mengawal gunungan yakni Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis, dan Surakarsa. Bregada Bugis akan mengawal gunungan hingga Kepatihan.
Sementara gunungan untuk Pura Pakualaman akan dikawal oleh Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir.
Sementara gunungan yang dibagikan pada saat prosesi pelaksanaan Garebeg Mulud terdiri dari lima jenis.
Meliputi Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan.
“Gunungan tersebut akan dikeluarkan secara berurutan dari Keraton sesuai dengan urutan tadi,” tambah Kanjeng Rinta.
Tiga Gunungan Kakung diperuntukkan bagi Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kepatihan.
Sementara yang lainnya masing-masing berjumlah satu gunungan akan dirayah di Masjid Gedhe, bersama dengan satu Gunungan Kakung.
Selama pelaksanaan prosesi tersebut, Keraton Yogyakarta meminta agar masyarakat dapat merayah gunungan setelah mendengar aba-aba atau selepas gunungan tersebut selesai didoakan.
“Penambahan dua Gunungan Kakung ini, dilakukan pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono X,” tambah Kanjeng Rinta.
Konser Kamardikan 2025 jadi Penutup Pemeran Hamongnagari |
![]() |
---|
Tanah Sultan Ground Disewakan untuk Tol, Biaya Sewa Rp12.500 per Meter per Tahun |
![]() |
---|
Luas Tanah Keraton Yogyakarta yang Dipakai Jalan Tol Jogja-Bawen-Solo |
![]() |
---|
Jalan Tol Jogja-Solo: Kebutuhan Lahan Bertambah, SG Tunggu Kerjasama Keraton Yogyakarta |
![]() |
---|
Marrel Suryokusumo Sebut Lingkungan di DIY dalam Ancaman, Perlu Dukungan dari Akar Rumput |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.