Sumbu Filosofi Yogyakarta

Kisah Sri Sultan Hamengku Buwono X Saksikan Sidang Penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta

Sumbu Filosofi di DI Yogyakarta resmi ditetapkan oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan du

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Iwan Al Khasni
Dok Tribunjogja.com
Sri Sultan Hamengku Buwono X 

UNESCO sendiri mendefinisikan Hamemayu Hayuning Bawana dengan konsep pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, di mana konsep tersebut baru populer pada tahun 1990-an.

"Ternyata Jogja kan sudah ada (konsep sustainable development), Hamemayu Hayuning Bawana diciptakan tahun 1755. Makannya di situ tidak hanya untuk Yogyakarta Indonesia tapi juga (Yogyakarta) untuk dunia," terangnya.

Dari sisi topografi, batas Sumbu Filosofi Yogyakarta di sisi utara berada di Tugu Pal Putih.

Sedangkan di sisi selatan berada di Panggung Krapyak.

Di sisi timur ada Sungai Codé dan sisi barat Sungai Winongo.

Panggung Krapyak
Panggung Krapyak (TRIBUNJOGJA.COM/ Santo Ari)

Keputusan UNESCO tersebut diharapkan diterima masyarakat dengan baik karena bisa berdampak positif bagi masyarakat secara berkelanjutan.

"Simbolik bentuk bentuk bangunan filosofinya hanya di (empat sisi) situ. Tapi filosofinya kan tidak hanya batasnya itu, seluruh DIY, bagaimana menjaga lingkungan itu tetap memberikan kehidupan pada manusia, bukan merusak bumi ciptaannya," tandas Sultan.

Benteng Keraton Yogyakarta

Sri Sultan HB X menyatakan, salah satu rekomendasi dari UNESCO terkait penetapan tersebut adalah pemugaran kembali Benteng Keraton Yogyakarta ke bentuk aslinya.

Pemda setempat pun telah berupaya untuk menjalankan rekomendasi tersebut.

Warga yang tinggal secara mengindung atau menempel di sisi dalam kawasan Benteng Keraton atau Jeron Beteng pun harus direlokasi untuk mendukung tahap revitalisasi.

Sri Sultan menargetkan relokasi warga Jeron Beteng yang mengindung bisa selesai 2024 mendatang.

Pengerjaan proyek revitalisasi Benteng Keraton Yogyakarta pada Rabu (13/9/2023)
Pengerjaan proyek revitalisasi Benteng Keraton Yogyakarta pada Rabu (13/9/2023) (TRIBUNJOGJA.COM/Yuwantoro Winduajie)

Dengan demikian fasad Beteng Keraton bisa dikembalikan ke bentuk aslinya pada tahun depan.

"Kami akan melaksanakan rekomendasi yang ada sebagai salah satu konsekuensi. Misalnya catatan yang sudah pasti disampaikan pada kami, misalnya beteng harus kembali," ujar Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (19/09/2023).

Meski demikian, Sultan meminta agar masyarakat di kawasan Jeron Beteng Keraton tak khawatir. Sebab Pemda memastikan warga yang direlokasi akan mendapatkan bebungah atau ganti untung dari Keraton Yogyakarta.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved