Penyekapan Pelajar SMP di Sleman
Pengakuan Orangtua Korban Dugaan Penganiayaan 5 Pelajar SMP di Sleman, Ada yang Disekap di Rumah
Kasus penganiayaan terhadap pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dilakukan oleh alumni muncul di Kabupaten Sleman. Korban, sementara berjumlah
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kasus penganiayaan terhadap pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dilakukan oleh alumni muncul di Kabupaten Sleman. Korban, sementara berjumlah 5 orang, dari dua sekolah berbeda.
Para korban, yang masih berusia 14-15 tahun ini diduga dianiaya juga disekap di rumah tersangka, HS, di Dusun Jomblang, Tegaltirto, Berbah.
Kondisi korban trauma dan kini masih dalam proses pemulihan setelah dianiaya memakai doubel-stik maupun alat pemukul.
"Untuk hari ini kondisi anak saya agak mending, mau diajak ngobrol. Beberapa hari lalu trauma. Iya, kini masih proses pemulihan," kata RK, orangtua dari korban berinisial BA, kepada Tribun Jogja, Senin (11/8/2023).
Baca juga: Bersiap Ikut Seleksi CASN 2023, Pemkab Purworejo Dapat Alokasi 1.563 Formasi Guru, Nakes, dan Teknis
Menurut dia, kondisi korban yang lainnya juga hampir sama. Ketakutan dan was-was belum hilang. Takut disiksa lagi.
Korban dalam kasus kekerasan terhadap anak di bawah umur ini, sementara berjumlah 5 orang
. Mereka masing-masing berinisial BA, kemudian MF, BR, MD dan RN.
Kelima korban berasal dari dua sekolah berbeda. Yaitu SMP Negeri di Berbah dan SMP Swasta di Piyungan Bantul.
Menurut RK, jumlah korban kemungkinan bisa bertambah. Sebab, hingga kini ada dua korban lain dalam kasus ini yang ditemukan.
Namun, kedua korban belum membuat laporan ke Polisi. Dua korban tersebut masih satu sekolah di SMP Negeri di Berbah.
RK bercerita, kasus penganiayaan terhadap anaknya, BA bersama para korban lainnya bermula pada Kamis, 7 September 2023 lalu.
Setelah bermain futsal, BA bersama teman-temannya dipukuli oleh tersangka HS alias Putra yang merupakan alumni dari SMP Negeri di Berbah.
Bukan hanya dipukuli, korban juga diinjak-injak. Dipukul menggunakan doubel-stik dan alat pemukul yang terbuat dari kelamin sapi yang dikeringkan.
Keesokan harinya, korban tetap berangkat ke sekolah meskipun, kata RK, anaknya itu sudah mulai bersikap aneh. Selepas Jumat, bisanya langsung pulang namun sore itu anaknya pulang dianter teman pukul 16.00 WIB dan langsung berlari pergi lagi.
"Ternyata dia pulang, dia melarikan diri dari TKP (rumah tersangka). Dia takut, dan kembali lagi karena diancem mau dihabisin," ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.