Merti Uwuh, Saat Para Pedagang Menyisir Tumpukan Sampah di Sepanjang Malioboro

Lebih dari 600 pedagang Teras Malioboro I turun gunung menyisir sampah-sampah yang dibuang sembarangan di jalanan sepanjang Malioboro

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/Azka Ramadhan
Seorang pedagang tengah menimbang sampah yang berhasil dikumpulkannya lewat program Merti Uwuh, di kawasan Malioboro, Kota Yogya, Selasa (5/9/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Aktivitas perekonomian di kawasan Teras Malioboro I, Kota Yogyakarta, pada Selasa (5/9/23) pagi, tampak begitu lengang.

Ratusan pedagang yang sehari-harinya menjalani aktivitas di sana, memilih meliburkan diri dari rutinitas ekonominya, selaras tradisi Selasa Wage.

Namun, seakan tidak ingin membuang begitu saja waktu luangnya, para pedagang pun mencoba ambil bagian dalam mengatasi darurat sampah yang kini melanda Kota Yogya.

Upaya tersebut ditempuh melalui giat Merti Uwuh yang diikuti ratusan pelaku usaha Teras Malioboro I, difasilitasi Dinas Koperasi dan UKM DIY.

Alhasil, lebih dari 600 pedagang Teras Malioboro I turun gunung menyisir sampah-sampah yang dibuang sembarangan di jalanan sepanjang Malioboro.

Tidak sebatas melakukan penyisiran, karena sampah yang terkumpul pun kemudian dipilah, antara organik, anorganik, serta residu.

"Yang anorganik kami bawa ke bank sampah, untuk didaur ulang," tandas Ketua Paguyuban Pedagang Malioboro Ahmad Yani (Pemalni), Slamet Santoso.

Ia pun mengatakan program Merti Uwuh adalah bagian dari tradisi Selasa Wage yang sudah berjalan sejak para pedagang masih berjualan di kawasan pedestrian Malioboro.

Namun dalam edisi kali ini gerakannya lebih difokuskan untuk menanggulangi problem perlimbahan di sepanjang pusat perekonomian Kota Pelajar itu.

"Karena TPA (Piyungan) masih dioperasikan secara terbatas, sehingga banyak sekali sampah berserakan di jalan dan menimbulkan kesan kumuh," urainya.

Pedagang pun dibagi ke dalam 6 kelompok untuk bergerak melakukan operasi sampah, di sepanjang Jalan Malioboro hingga Alun-alun Utara Yogya.

Slamet menilai, meski tidak berdampak signifikan terhadap tren kunjungan pariwisata, tumpukan limbah yang ada di Malioboro tentu menimbulkan kesan tidak nyaman bagi pelancong.

"Lebih dari 100 kilo sampah yang kami kumpulkan. Semoga gerakan ini bisa membuat wisatawan menjadi lebih nyaman di Malioboro," katanya.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY, Srie Nurkyatsiwi, mengatakan Merti Uwuh menjadi wujud rasa 'nduweni' terhadap kawasan Malioboro, sebagai warisan budaya dan pohon kehidupan ekonomi bersama. 

Tidak sebatas gerakan bersih-bersih semata, Merti Uwuh juga dirangkai dengan berbagai kegiatan, seperti pemeriksaan kesehatan gratis, hiburan live music, hingga pembagian doorprize.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved