Ribuan Pelari Meriahkan Malioboro Run 2025, Yogyakarta Kembali Jadi Panggung Olahraga dan Budaya

Fajar yang baru saja menyingsing di langit Yogyakarta, Minggu (5/10/2025) pagi menyatu dengan deru napas ribuan pelari Malioboro Run

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUN JOGJA/ Almurfi Syofyan
MALIOBORO RUN 2025 - Sejumlah pelari Malioboro Run 2025 melintas di Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta, Minggu (5/10/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Fajar yang baru saja menyingsing di langit Yogyakarta pada Minggu (5/10/2025) pagi menyatu dengan deru napas ribuan pelari Malioboro Run 2025 yang bersiap di garis start.

Malioboro Run 2025 merupakan event tahunan yang digelar oleh Bank BPD DIY diikuti sekitar 7.000 peserta dari berbagai penjuru Indonesia.

Mereka tumplek blek di jantung Kota Yogyakarta.

Tak hanya pelari profesional, banyak pula warga biasa yang datang untuk sekadar menikmati pengalaman berlari di rute ikonik penuh sejarah.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X melepas para pelari dengan pesan khas yang sederhana namun sarat makna.

"Harapan saya bisa menyelesaikan sampai finish. Bagi yang tak kuat, jalan saja. Yang penting jaga kesehatan, karena hanya diri anda sendiri yang bisa menjaganya," ujar Ngarsa Dalem.

Beliau juga berpesan agar peserta berhati-hati di sepanjang jalur, menjaga jarak dengan kendaraan, serta menikmati setiap sudut kota yang dilalui.

Ajang ini kembali mengajak para pelari menikmati keindahan dan kekayaan budaya Yogyakarta. Rute yang dilalui bukan sekadar lintasan lari, tapi juga lorong sejarah.

Pelari menyusuri Jalan Malioboro, Benteng Vredeburg, Titik Nol Kilometer, Plengkung Tarunasuro (Wijilan), hingga Kawasan Jeron Beteng Kraton Yogyakarta, Heritage Kotabaru, dan Panggung Krapyak.

"Dari total peserta, sekitar 73 persen berasal dari luar DIY. Ini menunjukkan bahwa Malioboro Run telah menjadi daya tarik nasional, bukan sekadar agenda lokal," ujar Santoso Rahmad, Direktur Utama BPD DIY.

Tahun ini, event dibagi dalam tiga kategori: 5K, 10K, dan Half Marathon 21K. Garis start dan finish tetap berada di kompleks Kepatihan, sama seperti tahun sebelumnya.

Kebanggaan lain datang dari pengakuan Association of International Marathons and Distance Races (AIMS World Running) yang telah menstandarkan presisi rute Malioboro Run.

"Dalam tiga tahun ke depan rute ini tidak boleh diubah. Artinya, para pelari bisa mencatat waktu terbaiknya (personal best) di lintasan yang sudah diakui dunia," jelas Santoso.

Tahun ini, panitia juga menerapkan Sistem Corral — metode pembagian kelompok start untuk memastikan setiap pelari bisa berlari dengan nyaman dan adil sesuai kemampuan mereka.

Malioboro Run bukan hanya tentang kecepatan atau catatan waktu.

Gelaran lari itu telah menjelma menjadi perayaan kebersamaan dan identitas Yogyakarta, di mana langkah-langkah kecil dari ribuan orang berpadu menjadi denyut kehidupan kota.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved