1.169 Lansia Jompo di Jogja Kesulitan Akses Fasyankes, Program Satu Kampung Satu Bidan Jadi Solusi

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyebut, kondisi di Kota Yogyakarta sekarang, terdapat lebih kurang 1.169 lansia jompo kesulitan

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
SATU BIDAN: Wali Kota Yogya, Hasto Wardoyo, saat meluncurkan program Satu Kampung Satu Bidan, di Balai Kota Yogya, Jumat (3/10/25). 

TRIBUNJOGJA.COM - Pemkot Yogyakarta meluncurkan program Satu Kampung Satu Bidan, Jumat (3/10/25), sebagai respons nyata terhadap tantangan pelayanan kesehatan.

Khususnya bagi kelompok rentan seperti lansia jompo yang dewasa ini masih ada yang mengalami kesulitan dalam mengakses fasilitas layanan kesehatan (fasyankes).

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyebut, kondisi di Kota Yogyakarta sekarang, terdapat lebih kurang 1.169 lansia jompo yang mengalami kondisi tersebut.

Sehingga, program ini mewujudkan konsep 'Puskesmas dan Rumah Sakit Tanpa Dinding', guna memastikan tidak ada warga yang tertinggal dari layanan kesehatan.

"Banyak lansia jompo tinggal di gang-gang sempit, becak saja tidak bisa masuk. Maka, puskesmas tanpa dinding, termasuk bidan dan nakes baru ini, akan menerobos ke 169 kampung untuk mendatangi, memeriksa, dan memberikan perawatan yang dibutuhkan," tandasnya.

Ia menambahkan, Kota Yogyakarta merupakan kota yang menua, dengan persentase penduduk lansia mencapai 16 persen dari total populasi. 

Oleh sebab itu, kehadiran pemerintah sangat krusial melalui layanan pemeriksaan kesehatan gratis yang menyasar langsung ke pintu-pintu rumah.

Untuk menjalankan program ini, Pemkot Yogyakarta merekrut sebanyak 45 bidan atau tenaga kesehatan (nakes) baru yang akan ditempatkan dan bertanggung jawab penuh di setiap kelurahan. 

Dengan skema tersebut, satu bidan/nakes akan mengawal daur hidup manusia di satu kelurahan, mulai dari pencegahan stunting pada anak, hingga kesehatan para lansia.

Namun, secara garis besar, terdapat lima fokus intervensi utama, yaitu penyakit menular (TBC dan HIV), penyakit tidak menular (diabetes dan hipertensi), pencegahan stunting, kesehatan lansia dan kesehatan jiwa.

"Semua by name by address (data TBC, HIV, risiko stunting, lansia diabetes dan hipertensi, serta kesehatan jiwa), harus ada dalam genggaman, lewat aplikasi Jogja Sehat di Jogja Smart Service (JSS)," ucapnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, menjelaskan, bahwa program ini merupakan upaya nyata mendekatkan tenaga kesehatan dengan masyarakat dan didukung penuh oleh teknologi.

Pengembangan aplikasi Jogja Sehat oleh Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian (Diskominfosan) bertujuan untuk memperkuat pencatatan, pelaporan, dan koordinasi lintas sektoral agar layanan menjadi lebih efektif.

"Agar mempermudah pendataan, pendampingan, dan pelaporan para nakes. Hal ini menandai komitmen Pemkot pada layanan kesehatan yang merata, responsif, dan berbasis teknologi, untuk visi pembangunan manusia yang sehat, produktif, dan sejahtera," tutupnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved