Penutupan TPA Piyungan

Pemkot Yogyakarta Optimis Gerakan Mbah Dirjo Bisa Menekan 20 Persen Produksi Sampah

Gerakan Mbah Dirjo yang sudah diluncurkan bakal membantu menuntaskan permasalahan sampah jenis organik.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Tribunjogja.com/Azka Ramadhan
Tumpukan sampah yang tampak di Jalan KH Wachid Hasyim, Kota Yogya, Kamis (3/8/2023) siang. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Akibat pembatasan operasional TPA Piyungan, Kota Yogya saat ini hanya dapat membuang 100 ton sampah per harinya.

Terang saja, Pemkot Yogyakarta harus memutar otak lantaran TPA Banyuroto Kulon Progo yang dijadikan alternatif pembuangan pun hanya bisa menerima alokasi sampah sekitar 15 ton per hari.

Padahal, masih ada sekitar 200 ton sampah di Kota Yogya yang belum terkelola per harinya, terutama jenis organik.

Oleh sebab itu, setelah sebelumnya gerakan zero sampah anorganik sukses mengurangi 30 persen pembuangan menuju TPA Piyungan, gerakan Mbah Dirjo (Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja) kini siap digencarkan.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, menuturkan di tengah situasi darurat limbah, Pemkot Yogyakarta berharap frekuensi gerakan zero sampah anorganik bisa meningkat.

Kemudian, gerakan Mbah Dirjo yang sudah diluncurkan bakal membantu menuntaskan permasalahan sampah jenis organik.

"Sekarang sampah sudah berkurang 30 persen. Lalu, gerakan Mbah Dirjo ini harapannya mampu menambah pengurangan sampah 20 persen lagi. Sehingga, total sampah yang berkurang di Kota Yogya nantinya menjadi 50 persen, ya," terangnya.

Metodenya pun diberikan keleluasaan serta tidak sebatas biopori, lantaran masih banyak yang lain, seperti ember tumpuk dan losida (lodong sisa dapur).

Dengan peralatan sederhana, murah, serta sangat mudah diakses, setiap warga yang berdomisili di Kota Yogya diharapkan turut berkontribusi.

Ia menandaskan, Forum Bank Sampah Kota Yogya, baik itu di tingkat kemantren, kelurahan, serta semua anggota, sudah siap menjadi inisiator gerakan Mbah Dirjo di lingkungannya masing-masing.

Terlebih, saat ini, di Kota Yogya telah terealisasi lebih kurang 658 bank sampah berbasis Rukun Warga (RW)

"Semenjak gerakan zero sampah anorganik di Kota Yogya, bank sampah itu tidak hanya bertambah, tapi aktivitasnya juga semakin meningkat. Kalau dulu, kan, sekitar 20 persen tidak aktif, sekarang sudah 100 persen aktif semua," ungkap Aman.

Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, menyampaikan Gerakan Mbah Dirjo menjadi upaya penyelesaian permasalahan sampah organik di tingkat kelurahan.

Bahkan, katanya, gerakan ini dapat menjadi pola hidup terkait pemilahan, sekaligus pengolahan sampah secara mandiri.

"Gerakan yang diinisiasi bank sampah ini bisa menjadi gerakan masyarakat. Kami sangat berharap, memilah dan mengolah sampah selesai di tingkat kelurahan, tidak perlu dibawa ke TPA," ucapnya.

"Saya melihat di beberapa lokasi menggunakan ember tumpuk, itu solusi yang bagus, dapat ditiru masyarakat lain. Lalu, ada model biopori yang bisa disesuaikan di rumah warga," tambah Singgih. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved