Kisah Inspiratif

Cerita Yubita Hida Aprilia, Perempuan Difabel yang Lolos Kuliah di UGM Tanpa Biaya

Yubita harus menjalani operasi akibat tumor tulang yang terdeteksi dan telah menyebar dari telapak kaki hingga betis.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Yubita Hida Aprilia, mahasiswa baru UGM TA 2023/2024 di Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Dia diterima melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dan mendapatkan UKT nol. 

“Saya awalnya ingin jadi dokter, tapi takut tidak bisa mengikuti banyaknya praktik lapangan,” kata Yubita yang merupakan warga Desa Termas, Kecamatan Karangrayung, Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah itu.

Peristiwa lain yang memukul hatinya adalah kehilangan sang ayah, Tarli, karena sakit paru-paru saat baru lulus dari SMA Ngeri 1 Karangrayung.

“Ayah meninggal hampir bersamaan saat kelulusan SMA. Makanya saat lulus dari SMA Negeri 1 Karangrayung sempat gap year,” aku Yubita.

Sepeninggal sang ayah, memang bukan akhir dari segalanya, tapi Yubita sadar hari-hari yang akan dijalani akan semakin berat.

Apalagi jika melihat ibunya, Juwariyah, harus sendirian menanggung hidup keluarga.

Kakak Yubita, Yuli Nur Hidayah sudah berkeluarga tetapi belum bisa membantu banyak karena belum terlalu mapan.

Sementara adiknya, Setyo Budi Utomo, masih duduk di kelas 3 SD Negeri Termas.

Setahun menunggu kesempatan seleksi masuk perguruan tinggi Yubita mengisi hari-harinya dengan membaca dan latihan soal-soal tes.

Dengan pendapatan ibunya sebagai buruh paruh waktu di pemotongan ayam di pasar Godong Grobogan, ia pun tak tega menyampaikan keinginannya untuk mengikuti bimbingan belajar.

“Tidak mungkin, lokasi bimbelnya juga jauh dari rumah,” ucapnya.

Tidak mudah baginya berdamai dengan situasi setelah pasca operasi, tetapi ia tetap menjalani semua dengan tenang dan tawakal.

Pasca operasi menjadikannya semakin paham dengan kondisi tubuhnya meski tidak semakin leluasa.

Nilai-nilai Yubita di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Karangrayung sesungguhnya tidak terlalu jelek dengan rata-rata nilai Ujian Sekolah mencapai 85,46.

Namun, untuk mengejar ketertinggalan, ia selalu konsisten dengan pola belajar yang rutin dan dilakoninya setiap hari jam 3 dini hari hingga Subuh.

“Beraninya paling bilang minta dibelikan buku-buku latihan soal dan paket try out. Kalau ada kesulitan-kesulitan sesekali buka youtube. Kenapa Sastra, ya berharap saja kuliah lapangannya tidak terlalu banyak,” ujar pengagum sastrawan Pramoedya Ananta Tour, Khalil Gibran dan Rendra.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved