Penutupan TPA Piyungan
TPA Piyungan Tutup, Warga Tompeyan Kota Yogyakarta Realisasikan Pengelolaan Limbah Mandiri
Penutupan TPA Piyungan berdampak langsung pada penutupan tempat pembuangan sementara, atau depo sampah terdekat
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Meski gerakan zero sampah anorganik sudah dilangsungan Pemkot Yogyakarta sejak 1 Januari 2023 silam, belum semua penduduk sadar dan ambil bagian dalam program pemilahan limbah.
Hanya saja, penutupan TPA Piyungan secara jangka panjang, sampai sekitaran 40 hari ke depan membuat warga masyarakat mulai tergerak dan menyadari betapa pentingnya pengelolaan sampah.
Fenomena tersebut terjadi di wilayah RT 2 RW 01 Tompeyan, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, yang dewasa ini penduduknya sontak mengalami kebuntuan karena tidak bisa membuang sampah yang mereka produksi.
Sebab, penutupan TPA Piyungan berdampak langsung pada penutupan tempat pembuangan sementara, atau depo sampah terdekat yang biasa dijujuk masyarakat untuk membuang limbah sehari-hari.
Merespons hal itu, salah seorang warga RT 02 RW 01 Tompeyan, RNGT Erina Dewi, menginisiasi upaya-upaya pengelolaan sampah secara mandiri berbasis masyarakat.
Namun, mengingat pemahaman warga mengenai pengelolaan limbah cenderung masih minim, lantaran selama ini belum pernah melaksanakannya, ia pun mengundang Sariman, pakar bank sampah di Kota Yogya, untuk membagikan ilmunya.
"Karena kebanyakan warga sini sudah sepuh-sepuh, jadi tidak mungkin membuang sampah secara mandiri. Jalan terakhir, ya, harus dikelola sendiri, karena TPA tutup," tandasnya, Senin (24/7/2023).
Bak gayung bersambut, niat mulianya pun mendapat respons positif dari warga masyarakat, yang terlihat begitu antusias melangsungkan upaya pengelolaan sampah secara mendiri.
Bahkan, ia menyampaikan, penduduk di lingkungannya kini mulai tertarik untuk merealisasikan sebuah bank sampah berbasis RT, supaya limbah-limbah anorganik yang diproduksi sehari-hari tak terbuang begitu saja.
"Selama ini belum ada pengelolaan secara mandiri, apalagi bank sampah. Maka, kita coba menginisiasi, agar sampah-sampah anorganik dari masyarakat dapat tertampung, ya," ucap Erina.
Dalam kesempatan tersebut, warga masyarkaat di wilayah RT 2 RW 01 Tompeyan, Tegalrejo pun diajak mempraktikkan secara langsung beberapa metode pengelolaan sampah-sampah organik di lingkup rumah tangga.
Mulai dari losida (lodong sisa dapur), kemudian ember tumpuk, yang sebenarnya sangat sederhana dan mudah diterapkan oleh masyarakat, lantaran peralatannya mudah diakses.
"Sangat mudah dan metodenya banyak. Terus, kalau warga berkeinginan membuat bank sampah, tentunya sangat mungkin, karena sekarang timbangan, terus buku catatan, lalu buku tabungan, difasilitasi sama DLH semua," cetus Sariman. (*)
Sekda DIY Minta Kabupaten/Kota Kurangi Produksi Sampah untuk Perpanjang Usia TPA Piyungan |
![]() |
---|
Belasan Ton Sampah Setiap Hari Menumpuk di Jalanan Kota Yogyakarta Selama Pembatasan TPA Piyungan |
![]() |
---|
Pemda DIY Lakukan Evaluasi Penanganan Sampah Jelang Kembali Dibuka TPA Piyungan |
![]() |
---|
Sri Sultan HB X Persilakan Kabupaten/Kota Sanksi Warga yang Bakar dan Buang Sampah Sembarangan |
![]() |
---|
FMSS Datangi DPRD DIY Pertanyakan Arah Kebijakan Pengelolaan Sampah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.