Penutupan TPA Piyungan

TPA Piyungan Tutup, Warga Tompeyan Kota Yogyakarta Realisasikan Pengelolaan Limbah Mandiri

Penutupan TPA Piyungan berdampak langsung pada penutupan tempat pembuangan sementara, atau depo sampah terdekat

|
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/Azka Ramadhan
Warga RT 2 RW 1 Tompeyan, Tegalrejo, Kota Yogya, tampak antusias mengikuti pelatihan metode pengelolaan sampah organik, Senin (24/7/2023) sore. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Meski gerakan zero sampah anorganik sudah dilangsungan Pemkot Yogyakarta sejak 1 Januari 2023 silam, belum semua penduduk sadar dan ambil bagian dalam program pemilahan limbah.

Hanya saja, penutupan TPA Piyungan secara jangka panjang, sampai sekitaran 40 hari ke depan membuat warga masyarakat mulai tergerak dan menyadari betapa pentingnya pengelolaan sampah.

Fenomena tersebut terjadi di wilayah RT 2 RW 01 Tompeyan, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, yang dewasa ini penduduknya sontak mengalami kebuntuan karena tidak bisa membuang sampah yang mereka produksi.

Sebab, penutupan TPA Piyungan berdampak langsung pada penutupan tempat pembuangan sementara, atau depo sampah terdekat yang biasa dijujuk masyarakat untuk membuang limbah sehari-hari.

Merespons hal itu, salah seorang warga RT 02 RW 01 Tompeyan, RNGT Erina Dewi, menginisiasi upaya-upaya pengelolaan sampah secara mandiri berbasis masyarakat.

Namun, mengingat pemahaman warga mengenai pengelolaan limbah cenderung masih minim, lantaran selama ini belum pernah melaksanakannya, ia pun mengundang Sariman, pakar bank sampah di Kota Yogya, untuk membagikan ilmunya.

"Karena kebanyakan warga sini sudah sepuh-sepuh, jadi tidak mungkin membuang sampah secara mandiri. Jalan terakhir, ya, harus dikelola sendiri, karena TPA tutup," tandasnya, Senin (24/7/2023).

Bak gayung bersambut, niat mulianya pun mendapat respons positif dari warga masyarakat, yang terlihat begitu antusias melangsungkan upaya pengelolaan sampah secara mendiri.

Bahkan, ia menyampaikan, penduduk di lingkungannya kini mulai tertarik untuk merealisasikan sebuah bank sampah berbasis RT, supaya limbah-limbah anorganik yang diproduksi sehari-hari tak terbuang begitu saja.

"Selama ini belum ada pengelolaan secara mandiri, apalagi bank sampah. Maka, kita coba menginisiasi, agar sampah-sampah anorganik dari masyarakat dapat tertampung, ya," ucap Erina.

Dalam kesempatan tersebut, warga masyarkaat di wilayah RT 2 RW 01 Tompeyan, Tegalrejo pun diajak mempraktikkan secara langsung beberapa metode pengelolaan sampah-sampah organik di lingkup rumah tangga.

Mulai dari losida (lodong sisa dapur), kemudian ember tumpuk, yang sebenarnya sangat sederhana dan mudah diterapkan oleh masyarakat, lantaran peralatannya mudah diakses.

"Sangat mudah dan metodenya banyak. Terus, kalau warga berkeinginan membuat bank sampah, tentunya sangat mungkin, karena sekarang timbangan, terus buku catatan, lalu buku tabungan, difasilitasi sama DLH semua," cetus Sariman. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved