DPP Gunungkidul Mulai Lakukan Pengendalian Hama Bawang Merah

Sekretaris DPP Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan pengendalian dilakukan oleh tim POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman).

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
Petani di Karangrejek, Wonosari, menyiram larutan pupuk ke tanaman bawang merah miliknya, Rabu (14/06/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul merespon keluhan petani bawang merah terkait serangan hama saat ini.

Upaya pengendalian terhadap serangan tersebut pun mulai dilakukan.

Sekretaris DPP Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan pengendalian dilakukan oleh tim POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman).

"Tim POPT akan melakukan survei terkait serangan hama ulat grayak pada bawang merah di beberapa lokasi," kata Raharjo dihubungi pada Kamis (15/06/2023).

DPP Gunungkidul pun sudah menerima informasi terkait serangan hama sejauh ini.

Antara lain terjadi di wilayah Semanu dan Wonosari dengan luas masing-masing sekitar 1 hektare (ha).

Raharjo mengatakan pihaknya sudah menyiapkan pestisida pengendali hama ulat pada bawang merah.

Termasuk operasional gerakan pengendaliannya.

"Pelaksanaannya setelah ada rekomendasi dari petugas POPT di lapangan," jelasnya.

Pengendalian hama mulai dilakukan di wilayah Wonosari, Semin, dan Playen. Prosesnya dilakukan secara bertahap dengan beberapa metode.

Pertama, ulat akan dipancing keluar dengan semprotan larutan kuning telur dicampur air.

Sebab ulat tersebut biasanya bersembunyi di bagian dalam daun tanaman bawang merah.

"Kalau ulatnya keluar, baru disemprot dengan insektisida sehingga pembasmiannya bisa efektif," ujar Raharjo.

Serangan hama Ulat Grayak ini disebut mengancam pertumbuhan bawang merah.

Para petani pun khawatir bisa terjadi gagal panen jika tak ditangani secara serius.

Warjiyanto, petani bawang merah di Kalurahan Karangrejek, Wonosari mengungkapkan hama tersebut menyerang sekitar 10 persen bawang merah yang ia tanam. Serangan ini menurutnya terjadi setiap tahun.

"Tapi kali ini bisa dibilang serangannya lebih masif," katanya, Rabu (14/06/2023).(*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved