Berita Jogja Hari Ini

YAICI dan PP Aisyiyah Berkolaborasi Kampanyekan Bahaya Kental Manis Bagi Balita di Jogja

Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah bersinergi menggencarkan edukasi terkait asupan gizi pada

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Perwakian YAICI bersama Ketua Umum PP Aisyiyah Salmah Orbayinah, selepas audiensi di Kantor PP Aisyiyah, Kota Yogya, Selasa (6/6/2023) malam. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah bersinergi menggencarkan edukasi terkait asupan gizi pada balita di DI Yogyakarta.

Dalam kesempatan ini, masih maraknya konsumsi kental manis bagi balita, menjadi sorotan utama, sekaligus sasaran kampanye.

Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, berujar, kampanye itu bakal digelar bersamaan dengan observasi di empat kabupaten di DIY, meliputi Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunungkidul.

Baca juga: Pemkab Sleman Dukung Budidaya Padi Beras Merah di Wedomartani 

Ia menjelaskan, Aisyiyah digandeng karena mempunyai kader, serta struktur kepengurusan yang merata sampai di tingkat desa, atau kalurahan.

"Daerah sasaran kami tetapkan melihat lokus stunting yang tinggi. Misalnya Sleman, yang kami sasar tidak semua wilayah, hanya yang lokusnya tinggi," urainya, selepas audiensi dengan PP Aisyiyah di Kantor PP Aisyiyah, Kota Yogyakarta, Selasa (6/6/23) malam lalu.

"Makanya, Kota (Yogya) tidak masuk sasaran. Nanti, khusus di Yogyakarta, kami dibantu teman-teman dari Unisa untuk melakukan observasi langsung ke warga masyarakat di daerah sasaran," imbuh Arif Hidayat.

Dijelaskannya, fenomena kental manis jadi sorotan utama, mengingat dewasa ini masih banyak orang tua yang menganggap komoditas tersebut sebagai susu. Padahal, dengan kadar gula yang begitu tinggi, kental manis jelas tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi para balita, bahkan malah berbahaya bagi kesehatannya.

"Masalah besar kalau kental manis diberikan ke balita. Larinya pasti ke stunting itu, terus berujung pada otak dan kecerdasan anak. Belum lagi fisiknya, sekarang ini banyak anak kecil terjangkit diabetes," ungkapnya.

Ke depan, terang Arif, hasil dari observasi tersebut menjadi rekomendasi untuk pemerintah yang sedang gencar menggalakan program pembatasan GGL (Gula Garam Lemak).

Menurutnya, untuk kalangan balita, kelebihan konsumsi gula sebagian besar berasal dari kebiasaan meminum kental manis sejak dini.

"Orang tua tidak mungkin memberikan sirup ataupun permen pada anak-anaknya yang masih balita. Tapi, kalau kental manis, itu masih, karena dianggap susu. Itu sangat marak di lapangan," ujarnya. 

Sementara, Wakil Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Chairunnisa, menyampaikan, kerja sama dengan YAICI terkait kampanye bahaya kental manis bagi balita ini telah berlangsung sejak 2018 silam. Kini, selepas pandemi Covid-19 mereda, observasi dan edukasi yang sudah digencarkan di beberapa provinsi pun dilanjutkan lagi.

"Tahun ini kami menyasar Banten, DKI Jakarta dan DIY. Fokusnya memang ke bahaya kental manis dan faktor-faktor risikonya terhadap stunting," tandasnya.

Ia pun memaparkan, berdasarkan hasip penelitian, memang ada indikasi bahwa balita yang diberikan kental manis sejak dini berpotensi ke arah stunting.

Sebab, saat anak-anak telah mengenal kental manis sedari usia balita, maka nafsu makannya terhadap sumber gizi yang lebih mumpuni pun otomatis bakal berkurang drastis.

"Padahal, kental manis tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi anak, karena itu bukan susu. Itu yang kami temukan selama ini. Tapi, di beberapa daerah, memang itu ada korelasinya dengan kondisi ekonomi, karena kental manis harganya lebih murah," pungkasnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved