Kisah Disabilitas Irma Suryati, Sukses Berbisnis dan Menggandeng Sesama Lewat Kain Perca

Seorang perempuan dengan kursi roda tersenyum sumringah saat namanya akhirnya dipanggil dari atas panggung.

Ist
PENGUSAHA DISABILITAS : Irma Suryati, pengusaha perempuan penyandang disabilitas pengusaha produk kreatif dari kain perca seperti keset, tas, hingga daster. 

TRIBUNJOGJA.COM - Minggu sore, 28 September 2025, di Pasar Ngasem, Yogyakarta, sejumlah pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM ) menunggu pengumuman penghargaan dari penyelenggara acara.

Seorang perempuan dengan kursi roda tersenyum sumringah saat namanya akhirnya dipanggil dari atas panggung.

Ia adalah Irma Suryati, pengusaha perempuan penyandang disabilitas, yang meraih penghargaan kategori pembelian terbanyak dalam ajang SMEXPO (Small Medium Enterprise Expo) Yogyakarta 2025 yang diadakan oleh Pertamina.

Bisnisnya, Mutiara Handycraft, yang berlokasi di Desa Karangsari, Kebumen, Jawa Tengah, merupakan usaha sosial yang berhasil memberdayakan ribuan penyandang disabilitas sejak awal tahun 2000-an.

Bersama rekan-rekannya, Irma menghasilkan produk kreatif dari kain perca seperti keset, tas, hingga daster.

Keberhasilan perempuan berusia 50 tahun ini merupakan buah dari perjalanan panjang. Kepada Tribun Jogja, Irma menuturkan suka duka usahanya (3/10/2025).

Awal Perjalanan di Usia Belia

Kisah Irma bermula ketika ia terserang polio di usia belia, membuatnya tak bisa berjalan dan harus menggunakan tongkat penyangga. Irma kecil kerap dirundung dan dilempari batu oleh teman-temannya sepulang sekolah.

“Hei, itu kakinya kenapa?” ucap Irma menirukan ejekan yang diterimanya waktu itu.

Perlakuan seperti itu tidak membuat Irma menyerah pada nasib. Justru ia menjadikannya bahan bakar yang memacu ide-ide kreatif.

Irma Suryati (kanan), pengusaha perempuan penyandang disabilitas pengusaha produk kreatif dari kain perca seperti keset, tas, hingga daster. Ia turut memberdayakan sesama disabilitas untuk bekerja
Irma Suryati (kanan), pengusaha perempuan penyandang disabilitas pengusaha produk kreatif dari kain perca seperti keset, tas, hingga daster. Ia turut memberdayakan sesama disabilitas untuk bekerja (Ist)

Menemukan sarung milik Mbah-nya yang tak terpakai, Irma memotong-motong kain tersebut dan menjahitnya menjadi keset berbentuk oval dan bundar. Tak disangka, banyak tetangga tertarik membeli hasil karyanya.

Sejak itu, Irma terus berkarya menghasilkan keset kain perca hingga lulus SMA (Sekolah Menengah Atas). Setelahnya, ia sempat mencoba mencari pekerjaan, namun berkali-kali melamar selalu berujung penolakan.

Hingga akhirnya, pada 1997, Irma memutuskan untuk naik tingkat dengan membangun usaha dari keterampilan tangannya sendiri.

“Lulus SMA daripada melamar kerja selalu ditolak, lebih baik membuat lapangan pekerjaan,” ujarnya.

Titik Balik di Tanah Abang

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved