Pemkot Yogyakarta Genjot Pengelolaan Sampah Organik Mulai Pertengahan 2023
Pengurangan alokasi limbah hingga 74 ton per hari tersebut, merupakan dampak dari proses pemilahan sampah anorganik sejak dari sumber.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gerakan zero sampah anorganik yang digencarkan di Kota YogyaKARTA sejak 1 Januari 2023 lalu, sukses mengurangi volume pembuangan limbah menuju TPA Piyungan.
Hanya, kalangan eksekutif tampaknya belum puas dengan capaiannya sejauh ini, sehingga pengelolaan sampah organik pun bakal diterapkan.
Sekda Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, menandaskan dari rata-rata pembuangan ke TPA Piyungan 299 ton per hari pada 2022, saat ini sudah menyusut sampai 225 ton.
Pengurangan alokasi limbah hingga 74 ton per hari tersebut, merupakan dampak dari proses pemilahan sampah anorganik sejak dari sumber.
"Penurunannya sudah 25 persen per hari, ya, karena sekarang yang boleh dibuang ke TPA Piyungan hanya organik dan residu," terangnya, Minggu (28/5/2023).
Namun, Aman menyadari, dengan pengurangan yang sudah begitu masif, Pemkot Yogyakarta pun tidak bisa melakukan upaya penekanan volume pembuangan limbah lebih lanjut lagi.
Padahal, dengan kondisi TPA yang sudah sangat mengkhawatirkan, sebisa mungkin volume limbah yang dialokasikan wajib terus disusutkan.
"Sifatnya mendesak, karena kondisi TPA Piyungan sudah over capacity. Jadi, pengelolaan sampah jenis organik harus segera dilakukan. Targetnya semester kedua tahun ini mulai kita genjot," tandas Sekda.
Guna merealisasikan target tersebut, Pemkot Yogyakarta mencanangkan gerakan zero sampah anorganik plus, yang bakal merambah pada pengelolaan limbah jenis organik.
Pada tahapan awal, terdapat dua strategi yang ditetapkan, yakni metode pengolahan berbasis rumah tangga, serta efektifitas pola distribusi.
"Pengolahan berbasis rumah tangga menggunakan metode biopori. Jadi, sampah-sampah sisa dapur itu diolah dan menghasilkan pupuk," ungkap Aman.
"Dengan demkian, sampah organik bisa terkurangi. Tapi, itu memang butuh waktu panjang, karena untuk menjadi pupuk prosesnya 21 hari," tambahnya.
Kemudian, yang kedua ialah mendorong efektifitas pola distribusi sampah organik, sehingga tidak perlu melewati proses pengolahan panjang.
Salah satunya, dengan memanfaatkan jejaring kelompok ternak yang ada di Kota Yogya, Sleman dan Bantul, melalui skema pemenuhan kebutuhan pakan untuk hewannya.
Menurutnya, metode tersebut sudah diterapkan untuk menyerap sampah organik hasil pemotongan pohon atau perawatan taman oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogya.
Kota Jogja Kekurangan Personel Ulu-ulu Aliran Sungai, Cuma Ada 80 Kebutuhan Ideal 300 |
![]() |
---|
Perkuat Layanan Kependudukan, Komisi A DPRD Kota Yogyakarta Dorong Perluasan Unit ADM |
![]() |
---|
Pemkot Semarang dan Yogyakarta Perkuat Kerja Sama Budaya lewat Pameran 'Rumah Semarang' |
![]() |
---|
Pemkot Yogyakarta Alokasikan Anggaran Rp89,3 Miliar untuk Penanggulangan Kemiskinan |
![]() |
---|
Angka Kemiskinan Yogya Ditarget Turun Jadi 5,8 Persen di 2025, Fokus 'Babat' 4 Kemantren Prioritas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.