Sumbu Filosofi Yogyakarta
Kisah Raja Yogyakarta: Sri Sultan Hamengku Buwono IV, Raja Muda yang Meninggal di Usia 19 Tahun
Inilah kisah kehidupan Sri Sultan Hamengku Buwono IV, seorang raja muda di Kasultanan Yogyakarta, adik kesayangan Pangeran Diponegoro.
Penulis: Alifia Nuralita Rezqiana | Editor: Alifia Nuralita Rezqiana
Puncak ketegangan antara Pangeran Diponegoro dengan Patih Danurejo IV terjadi saat Garebeg Sawal pada 12 Juli 1820.
Saat itu, Pangeran Diponegoro mencela Patih Danurejo IV di hadapan Sri Sultan Hamengku Buwono IV.
Pangeran Diponegoro mencela Patih Danurejo IV karena telah menyewakan tanah kerajaan di Rejowinangun.
Ketika hal tersebut terjadi, Sri Sultan Hamengku Buwono IV sudah mulai berkuasa secara mandiri tanpa wali.
Baca juga: Kisah Raja Yogyakarta: Episode Sri Sultan Hamengku Buwono I Pencipta Sumbu Filosofi Yogyakarta
Baca juga: PROFIL Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Penerima Tribun Inspiring Award
Sri Sultan Hamengku Buwono IV meninggal dunia pada usia 19 tahun

Dua tahun sejak menjalankan pemerintahan secara mandiri, Sri Sultan Hamengku Buwono IV mangkat.
Ia meninggal dunia pada 6 Desember 1823 atau 22 Rabingulawal 1750 Tahun Jawa (TJ).
Saat meninggal dunia, usia Sri Sultan Hamengku Buwono IV masih 19 tahun.
Dalam beberapa catatan sejarah, disebutkan bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono IV meninggal dunia setelah kembali dari kunjungan ke pesanggrahannya.
Karena itu, nama beliau dikenal sebagai Sultan Seda Besiyar.
Sri Sultan Hamengku Buwono IV kemudian dimakamkan di Astana Besiyaran Pajimatan, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selama hidupnya, Sri Sultan Hamengku Buwono IV memiliki satu orang permaisuri, yakni Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Kencana.
Selain punya seorang permaisuri, Sri Sultan Hamengku Buwono IV juga memiliki 8 orang selir.
Dari pernikahannya dengan total 9 orang istri, Sri Sultan Hamengku Buwono IV dianugerahi 18 orang anak.
Namun, hampir ⅓ dari anak-anaknya meninggal dunia ketika masih kecil.
Ada dua orang anak Sri Sultan Hamengku Buwono IV yang naik takhta sebagai Raja Yogyakarta.
GRM Gathot Menol, anak kedua Sri Sultan Hamengku Buwono IV dengan GKR Kencana, naik takhta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono V.
Kemudian, GRM Mustaya, anak ketiga Sri Sultan Hamengku Buwono IV dengan GKR Kencana, naik takhta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono VI.
Peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono IV

Masa pemerintahan mandiri Sri Sultan Hamengku Buwono IV hanya 2 tahun.
Hal itu membuat segala kebijakan lebih banyak dikendalikan oleh Ratu Ibu, Patih Danurejo, dan Belanda.
Oleh karena itu, bisa dimaklumi jika tidak ada karya sastra besar maupun seni yang dihasilkan pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono IV.
Sebab, ia meninggal dunia pada usia yang tergolong masih sangat muda.
Meski demikian, ada dua buah kereta yang merupakan peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono IV.
Dua kereta tersebut bernama Kyai Manik Retno dan Kyai Jolodoro. Saat ini, kedua kereta itu disimpan di Museum Kereta Keraton Yogyakarta.
Dua buah kereta kecil tersebut dirancang untuk kebutuhan pesiar yang sering dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IV.
Demikian kisah kehidupan Sri Sultan Hamengku Buwono IV, Raja Muda di Kasultanan Yogyakarta. (Tribunjogja.com/ANR)
Sumbu Filosofi Yogyakarta
Keraton Yogyakarta
Sejarah Keraton Yogyakarta
Raja Yogyakarta
Sri Sultan Hamengku Buwono II
Sri Sultan Hamengku Buwono III
Pangeran Diponegoro
Sri Sultan Hamengku Buwono IV
sejarah
Kraton Jogja
Promosikan World Heritage, 73 Delegasi dari Malaysia Diajak Tour Sumbu Filosofi |
![]() |
---|
Sumbu Filosofi Jadi Warisan Dunia, Trans Jogja Belum Berencana Tambah Rute |
![]() |
---|
Sri Sultan Hamengku Buwono X Ingin Sumbu Filosofi Berdampak Positif ke Seluruh Lapisan Masyarakat |
![]() |
---|
Layani Tur Gratis di Kawasan Sumbu Filosofi, Disbud DIY Sediakan 2 Unit Bus Jogja Heritage Track |
![]() |
---|
Pemda DIY Bakal Bentuk Sekretariat Bersama untuk Kelola Kawasan Sumbu Filosofi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.