Sumbu Filosofi Yogyakarta

Kisah Raja Yogyakarta: Sri Sultan Hamengku Buwono IV, Raja Muda yang Meninggal di Usia 19 Tahun

Inilah kisah kehidupan Sri Sultan Hamengku Buwono IV, seorang raja muda di Kasultanan Yogyakarta, adik kesayangan Pangeran Diponegoro.

DOK. Kraton Jogja
Kisah Raja Yogyakarta: Sri Sultan Hamengku Buwono IV, Raja Muda yang Meninggal di Usia 19 Tahun 

Bahkan, Sri Sultan Hamengku Buwono IV disebut-sebut sebagai adik kesayangan Pangeran Diponegoro.

Kedekatan Pangeran Diponegoro dengan adik tirinya itu digambarkan seperti Kresna yang mengajari Arjuna.

Ketika Sri Sultan Hamengku Buwono IV dikhitan (disunat) pada 22 Maret 1815, Pangeran Diponegoro menggunakan kedua tangannya untuk menutupi mata sang adik.

Dalam Kitab Kedung Kebo dan Babad Ngayogyakarta disebutkan pula bahwa Pangeran Diponegoro sangat memperhatikan pendidikan adiknya, yang saat itu sudah menjabat sebagai raja. 

Tidak jarang, Pangeran Diponegoro yang tinggal di Tegalrejo datang mengunjungi Sri Sultan Hamengku Buwono IV di istana untuk menceritakan kisah-kisah budi pekerti.

Kisah budi pekerti yang diceritakan Pangeran Diponegoro berasal dari kitab Fatah Al-Mulk dan Raja-Raja khayali Arab maupun Syiria. 

Pangeran Diponengoro juga sering membacakan naskah-naskah penting seperti Serat Ambiya, Tajus Salatin, Hikayat Makutha Raja, Serat Menak, Babad Keraton, Arjuna Sasrabahu, Serat Bratayudha, dan Rama Badra untuk sang adik. 

Selain Pangeran Diponegoro, Ratu Ibu juga terus mendukung pendidikan Sri Sultan Hamengku Buwono IV, yang kala itu menjadi raja kecil.

Ratu Ibu menunjuk Kyai Ahmad Ngusman untuk mengajar baca Al Quran dan baca tulis Melayu bagi Sri Sultan Hamengku Buwono IV.

Hubungan Keraton Yogyakarta dan Pangeran Diponegoro renggang

Alun-alun Utara Yogyakarta Zaman Dulu
Alun-alun Utara Yogyakarta Zaman Dulu (DOK. Instagram Kraton Jogja)

Kedekatan Pangeran Diponegoro dengan Keraton Yogyakarta mulai renggang ketika Patih Danurejo IV semakin menancapkan pengaruhnya di Kasultanan. 

Patih Danurejo IV mendukung sistem sewa tanah untuk swasta. Praktik ini menyebabkan penduduk sengsara.

Sebelumnya, pengusaha-pengusaha Eropa belum pernah menjalankan usaha perkebunan yang besar seperti kopi dan nila. 

Namun, pada masa itu, mereka bisa melakukan apa saja.

Selain itu, Patih Danurejo IV juga menempatkan saudara-saudaranya di posisi-posisi strategis. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved