Sumbu Filosofi Yogyakarta
Tradisi Labuhan Kraton Jogja: Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan Dlepih Kahyangan
Mengenal empat petilasan atau lokasi Upacara Labuhan Keraton Yogyakarta. Ada Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan Dlepih Kahyangan.
Penulis: Alifia Nuralita Rezqiana | Editor: Alifia Nuralita Rezqiana
Gunung yang menjadi salah satu petilasan Labuhan Kraton Jogja ini terletak di antara tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah, serta Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan di Jawa Timur.
Alasan Gunung Lawu dijadikan tempat petilasan labuhan berhubungan dengan kisah sejarah Kerajaan Majapahit.
Gunung Lawu dipercaya sebagai tempat pengasingan Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1478, Kerajaan Majapahit diserang oleh Girindrawardhana dari Kerajaan Kaling.
Karena tentara Kerajaan Majapahit tidak mampu menghalau serangan tersebut, Prabu Brawijaya V memutuskan untuk menyingkir ke Gunung Lawu dan hidup menjadi seorang pertapa.
Ia pun kemudian bergelar Sunan Lawu.
Prabu Brawijaya V merupakan leluhur dari pendiri Kerajaan Mataram dan Keraton Yogyakarta.
Untuk itu, sebagai bentuk penghormatan, Gunung Lawu dipilih menjadi lokasi Upacara Labuhan Kraton Jogja.
Setiap dilaksanakan Upacara Labuhan Kraton Jogja di Gunung Lawu, uborampe labuhan akan diserahterimakan kepada Juru Kunci Gunung Lawu yang berada di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
4. Dlepih Kahyangan

Perbukitan Dlepih Khayangan atau Dlepih Kahyangan terletak di Kecamatan Tirtamaya, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Selain Parangkusumo, Dlepih Kahyangan merupakan tempat yang digunakan Panembahan Senopati untuk bertapa sebelum membangun Kerajaan Mataram dan membentuk pemerintahan yang kuat.
Selain Panembahan Senopati, Dlepih Kahyangan juga digunakan untuk bertapa para Raja Mataram dan Raja Kasultanan Yogyakarta.
Beberapa tokoh yang bertapa di Dlepih Kahyangan antara lain Sultan Agung Hanyokrokusumo dan Sri Sultan Hamengku Buwono I (Pangeran Mangkubumi).
Berbeda dengan upacara labuhan lainnya, Upacara Labuhan Dlepih Kahyangan hanya dilaksanakan setiap 8 tahun sekali.
Upacara Labuhan Keraton Yogyakarta di Dlepih Kahyangan digelar pada tahun Dal, atau setiap sewindu penobatan Sultan.
Upacara Labuhan di Dlepih Kahyangan masuk golongan Labuhan Ageng yang digelar setiap tahun sekali.
Sementara itu, Upacara Labuhan yang lain masuk golongan Labuhan Alit karena digelar setahun sekali.
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Sumbu Filosofi Yogyakarta? Ternyata Asal Usulnya dari Sejarah Abad 18
Baca juga: Mengenal 12 Pangkat Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dan Proses Kenaikan Pangkatnya
Demikian penjelasan Upacara Labuhan Keraton Yogyakarta, lengkap dengan kisah sejarah dan berbagai lokasinya.
Klik di sini untuk mengenal Sumbu Filosofi Yogyakarta dan tempat-tempat bersejarah lain di Jogja. (Tribunjogja.com/ANR)
Sejarah Keraton Yogyakarta
Labuhan Alit
Labuhan Ageng
Upacara Labuhan Keraton Yogyakarta
labuhan
Labuhan Merapi
Gunung Lawu
Dlepih Kahyangan
Keraton Yogyakarta
Kraton Jogja
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
Sumbu Filosofi Yogyakarta
Pantai Parangkusumo
Petilasan
Kerajaan Mataram
Promosikan World Heritage, 73 Delegasi dari Malaysia Diajak Tour Sumbu Filosofi |
![]() |
---|
Sumbu Filosofi Jadi Warisan Dunia, Trans Jogja Belum Berencana Tambah Rute |
![]() |
---|
Sri Sultan Hamengku Buwono X Ingin Sumbu Filosofi Berdampak Positif ke Seluruh Lapisan Masyarakat |
![]() |
---|
Layani Tur Gratis di Kawasan Sumbu Filosofi, Disbud DIY Sediakan 2 Unit Bus Jogja Heritage Track |
![]() |
---|
Pemda DIY Bakal Bentuk Sekretariat Bersama untuk Kelola Kawasan Sumbu Filosofi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.