Berita Jogja Hari Ini

Nilai Ekspor DI Yogyakarta Turun, Disperindag DIY Bidik Pasar Arab

Laju pertumbuhan ekspor DIY mengalami kontraksi sebesar 8,15% pada triwulan IV 2022 dan 17,34 % triwulan I 2023. Secara kumulatif, nilai ekspor DIY

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Neti Istimewa Rukmana
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta, Syam Arjayanti 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA. COM, YOGYA - Laju pertumbuhan ekspor DIY mengalami kontraksi sebesar 8,15 persen pada triwulan IV 2022 dan 17,34 % triwulan I 2023.

Secara kumulatif, nilai ekspor DIY pun mengalami penurunan 22,04 % menjadi US$ 99,1 juta. 

Kontraksi nilai ekspor DIY pun diamini oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Syam Arjayanti.

Menurut dia, perang Rusia-Ukraina masih menimbulkan krisis ekonomi di berbagai negara. 

Baca juga: Pelajar SMA di Sleman Dibacok Pengendara Konvoi , Motifnya Dendam Lama Kelompok antar Sekolah

"Termasuk Amerika, sehingga terjadi penurunan permintaan dari Amerika. Namun tidak ada pembatasan ekspor ke Amerika," katanya, Selasa (09/05/2023). 

Ekspor sektor industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar yaitu 99,48 % .

Syam menyebut ekspor terbesar masih pakaian jadi bukan rajutan, sarung tangan, dan furnitur. 

Penurunan ekspor ke Negara Paman Sam, tidak membuatnya berpangku tangan.

Kini, pihaknya tengah melirik pangsa Arab, terlebih ada peluang ekspor yang besar. 

Setelah misi dagang ke Arab pada Januari lalu, sudah ada importir dari Arab yang meninjau DIY untuk mengimpor komoditas salak dan gudeg. 

"Untuk salak tantangannya di teknologi. Bagaimana salak bisa dikirim ke Arab masih segar melalui laut. Baru dicari strateginya karena ini peluang yang besar sekali. Mau untuk haji, umroh, atau kebutuhan masyarakat di sana," terangnya. 

"Jika berhasil akan mengangkat salak DIY menjadi primadona kembali. Pasar kita besar di sana (Arab),"lanjutnya.

Sementara untuk gudeg, saat ini asosiasi gudeg telah menjalin kerja sama bahan baku nangka.

Sedangkan untuk furnitur, sudah ada importir dari Arab yang akan datang sekitar bulan Juli mendatang. 

"Semoga bisa segera terealisasi, dan bisa segera ekspor. Sebenarnya dari importirnya berapapun siap. Tergantung kemampuan produksinya," imbuhnya. (maw) 
 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved