Mutiara Ramadan
Sudah Terujikah Iman Kita?
Iman sering diartikan keyakinan atau kepercayaan yang menghunjam di dalam sanubari setiap insan.
Oleh: H Riza Faozi SAg MSI, Kepala MTsN 6 Kulon Progo
TRIBUNJOGJA.COM - Iman sering diartikan keyakinan atau kepercayaan yang menghunjam di dalam sanubari setiap insan.
Secara istilah sering didefinisikan kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku, dan perbuatan sehari-hari.
Allah SWT di dalam Al-Quran Surat al-Ankabut ayat 2 dan 3 berfirman : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesunguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi logis dari pernyataan iman kita adalah kita harus siap menghadapi aneka macam ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita sebagai pembuktian sejauh mana kebenaran dan kesungguhan akan iman yang ada pada kita betul-betul bersumber dari keyakinan hati kita paling dalam. Ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia berbeda-beda.
Pertama, ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan oleh manusia yang telah Allah syariatkan lewat ajaran Islam.
Termasuk di bulan Ramadan ini, apakah manusia yang mengaku dirinya orang beriman mampu menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya sehingga terhantarkan menjadi sosok pribadi yang bertakwa?
Termasuk menjalankan ibadah-ibadah yang lainnya seperti shalat, zakat, infak, sedekah, dan masih banyak lagi.
Kedua, ujian yang berbentuk larangan untuk dijauhi dan ditinggalkan. Allah melarang aneka macam perbuatan tidak lain adalah demi kebaikan manusia, dan apabila larangan ini dikerjakan maka akan membawa kerusakan pada dirinya dan bisa mengakibatkan kehancuran pada manusia yang lainnya.
Nabi Yusuf pernah diuji dengan wanita cantik pembesar di Mesir kala itu untuk diajak berzina dan kesempatan sudah sangat terbuka, mereka hanya tinggal berdua. Namun Nabi Yusuf mampu membuktikan kualitas imannya, ia lolos dari upaya terjadinya tindak perzinaan.
Untuk kehidupan sekarang kita bisa melihat betapa tindak kemaksiatan yang dilarang oleh Allah merebak di mana-mana.
Ini akibat rapuh dan lemahnya iman pada generasi muda kita, di samping faktor teknologi informasi dan komunikasi yang demikian canggih tanpa adanya filter.
Ketiga, ujian berbentuk musibah seperti sakit, kehilangan harta, ditinggalkan orang yang dicintai, dan sebagainya. Allah SWT menjelaskan di dalam Al-Quran Surat al-Baqarah ayat 155 dan 156 : “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurang harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami dikembalikan”.
Ayat itu menjelaskan bahwa setiap kita akan mengalami ujian tersebut sebagai bentuk penilaian Allah atas hamba-Nya apakah bisa berlaku sabar dan mengembalikan kepada-Nya dengan hati yang ikhlas menerimanya dengan penuh kesabaran dan kelapangan hati.
Keempat, ujian yang berupa kenikmatan dan kesenangan. Ujian ini lebih berat dirasakan daripada ujian yang berupa musibah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.