Mutiara Ramadan
Pembersihan Jiwa
Ibadah puasa dalam Islam termasuk rukun Islam ketiga dari lima rukun Islam lainnya, dan dilaksanakan di bulan Ramadan.
Oleh: Kholif Diniawati, Guru MAN 3 Bantul
TRIBUNJOGJA.COM - Dalam Alquran, puasa disebut juga sebagai saum. Secara harafiah, arti puasa adalah berpantang sepenuhnya dari makanan, minuman, hingga nafsu, mulai sebelum fajar hingga matahari terbenam.
Ibadah puasa dalam Islam termasuk rukun Islam ketiga dari lima rukun Islam lainnya, dan dilaksanakan di bulan Ramadan.
Sejatinya puasa mengandung hikmah dan manfaat bagi jasmani dan juga rohani manusia. Puasa dari segi rohani bermakna membersihkan semua panca indera dan pikiran dari hal-hal yang haram, selain menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkannya yang telah ditetapkan dalam syariat puasa.
Puasa juga merupakan ajang pembentukan kepribadian dan karakter kejujuran, kesabaran bahkan keteguhan jiwa.
Melalui puasa, jiwa seseorang menjadi tegar, kuat dan pantang putus asa mengingat pembiasaan ketika dirinya mampu menahan seluruh kemarahan, emosi maupun sifat ego dan sifat tidak baik lainnya selama menjalankan ibadah puasa.
Bakan puasa juga meningkatkan semangat kesatuan antar sesama umat manusia, belajar tentang kesederhanaan dan kerendahan hati.
Hakikatnya puasa menjadi pembiasaan jiwa untuk mengendalikan syahwat dan kemaluan, sehingga ia termasuk sarana pembersihan jiwa, dalam istilah yang lebih umum disebut tazkiyatun nafs. Pembersihan jiwa di sini adalah proses pembersihan jiwa dari berbagai dosa dan sifat-sifat tercela yang mengotorinya.
Kalau manusia setiap saat merasa harus membersihkan aspek lahir (raga dan fisik) melalui berbagai cara, yakni mandi, berhias, menggunakan wewangian dan juga merawat raga/lahiriah dengan menggunakan sarana yang sangat beragam, maka aspek jiwa pun perlu dibersihkan setiap saat.
Sementara itu, proses pembersihan jiwa dapat dilakukan dengan berbagai bentuk ibadah, salah satunya adalah dengan melakukan ibadah puasa.
Dengan puasa maka jiwa orang mukmin akan menjadi bersih dan memberikan nilai positif pada perilaku, tingkah laku dan perkataan, pengaruh itu akan membekas pada lidah, mata, telinga, dan anggota tubuh lainnya.
Bentuk nyata adalah perilaku yang baik terhadap Allah SWT, berupa komitmen untuk melakukan seluruh kewajibannya kepada Allah dan menjauhi segala bentuk perilaku dan perbuatan yang menyebabkan murka Allah, serta perilaku sesama manusia, seperti tolong menolong, menyambung silaturrahmi dan lain sebagainya.
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa tazkiyatun nafs merupakan pembersihan diri dari sifat kebuasan, kebinatangan dan setan, kemudian mengisi dengan sifat-sifat ketuhanan.
Membersihkan jiwa dari kekufuran merupakan langkah awal untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana tersebut dalam Al Qur'an “(yaitu) surga-surga ‘Adn, yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri.” (QS.Thahaa: 76). (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.