Mutiara Ramadan

Meluruskan Niat

Hidup di zaman modern yang difasilitasi berbagai sarana canggih, betapa sulitnya mengontrol diri untuk tidak riya’.

|
Editor: ribut raharjo
Istimewa
Barokatussolihah SAg MSI, Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kulon Progo 

Barokatussolihah SAg MSI, Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kulon Progo

TRIBUNJOGJA.COM - Hidup di zaman modern yang difasilitasi berbagai sarana canggih, betapa sulitnya mengontrol diri untuk tidak riya’.

Bukan berarti hidup di zaman dahulu, di mana berbagai piranti itu belum ada, keinginan untuk berbuat riya’ mudah dikontrol. Tidak.

Sejatinya keinginan tersebut telah ada semenjak dahulu. Hanya saja dorongan keinginan itu kini lebih kuat dan intens.

Riya’ adalah bentuk keinginan negatif yang diembuskan oleh setan semenjak dahulu hingga sekarang ke dalam hati manusia untuk menjauhkan mereka dari jalan Allah Ta’ala.

Semua peristiwa tidak hanya tersebar di lokasi kejadian itu berlangsung, tetapi juga tersebar ke berbagai sudut dunia yang jauh. Semuanya cepat tersebar melalui radio, televisi, internet, koran, dan media lain yang masih banyak lagi.

Piranti-piranti canggih itu memungkinkan seolah tidak ada sejengkal pun tempat di dunia ini yang bisa luput dari jangkauan berita yang disebarkannya secara massive dan berkesinambungan.

Berbuat riya’, apa pun modus yang ada di belakangnya, akan merusak agama seseorang karena riya’ dapat menghancurkan pahala amal ibadah. Seseorang yang beribadah, yang motif dalam melakukannya adalah riya’, kelak tidak akan mendapatkan nilai guna apa pun dari ibadahnya yang telah ia lakukan. Sebagaimana Ketegasan Allah Azza Wajalla;

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).

Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir “ (QS. Al Baqarah: 264).

Lebih lanjut Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga memberitahukan sanksi memalukan yang akan didapatkan oleh orang yang berbuat riya’ .

“Orang yang berbuat sumah (ingin didengar orang lain), maka Allah akan memperdengarkannya. dan siapa yang berbuat riya’, Allah akan memperlihatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ingat beberapa nasehat Syaikh Ibrahim ar-ruhaili;

"Saudaraku berhati-hatilah kalian dari riya' model baru, yang tidak pernah terjadi di zaman salaf dahulu. Yaitu seorang riya' dengan foto. Ketika seorang melaksanakan umrah, berdoa atau sedang salat kemudian difoto.

Manakala bertemu dengan keluarga dan handai taulan ia berkata , "ini lho... foto saya waktu salat di masjidil harom," , "ini lho foto saya waktu Thawaf.." dan sebagainya.

"Alangkah ruginya, seorang melaksanakan umrah, datang dari negeri yang jauh, dengan biaya mahal, akan tetapi ia kembali ke rumahnya tanpa mendapat apa-apa disebabkan riya' yang ia lakukan. "

Ia mengajak pula agar hati-hati mengupload foto atau status di medsos, jangan sampai pahala kita melayang gara-gara foto yang kita unggah di Facebook, Instagram, Twitter dan sejenisnya.

Maka, langkah awal untuk menjaga dari deburan riya’, yaitu luruskan niat yang ada dalam hati. Sungguh sayang apabila pahala berbagai amal kebajikan yang telah dikumpulkan di dunia, dengan mengorbankan waktu, pikiran, harta benda, bahkan jiwa dan raga, tiba-tiba lenyap hilang tak berbekas.

Pupuk keikhlasan, ikhlas maksudnya adalah keinginanan seseorang dalam menjalankan amal ibadah semata untuk menjadikannya sebagai media bertakarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Bukan untuk tujuan lain di luar itu, seperti mencari pujian atau orang lain.

Harapan akhir, semoga kita semua terhindar dari semua pola riya’ yang merugikan terlebih pada bulan suci Ramadhan ini di mana Allah membuka pintu surga seluas-luasnya dan melipatgandakan amal kebaikan. Amin. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved