Menilik Kebun Kurma Terluas yang Ada di DIY, Jumlahnya Mencapai Lebih dari 5.000 Pohon

Usut punya usut, berdirinya Kebun Kurma Ngadinah sejak 2016 itu bertujuan untuk menarik generasi muda terjun bercocok tanam.

|
Tribun Jogja/ Neti Istimewa Rukmana
Pemilik Kebun Kurma Ngadinah, Suparyoto (65), sedang merawat tanaman kurma yang berada di Jalan Karangasem, Padukuhan Gamelan, Kalurhan Sendangtirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, Minggu (26/3/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Pohon kurma umumnya tumbuh subur di daerah yang kering, panas dan memiliki cukup lahan pasir.

Namun, hal itu tidak menjadi hambatan bagi Suparyoto (65) atau yang kerap disapa Paryoto, untuk bercocok tanam pohon kurma di negara beriklim tropis serta kaya akan kondisi tanah masam.

Usut punya usut, berdirinya Kebun Kurma Ngadinah sejak 2016 itu bertujuan untuk menarik generasi muda terjun bercocok tanam.

Sebab, saat ini generasi muda yang mau meneruskan profesi sebagai petani dinilai minim.

Kini Paryoto mampu mengelola lebih dari 5.000 pohon kurma di lahan seluas 3.500 meter persegi dengan memberdayakan beberapa orang dalam menjalankan bisnis tersebut.

Baca juga: FOTO-FOTO Kebun Kurma di Berbah Sleman DIY yang Memiliki Jumlah Tanaman Lebih dari 5.000 Pohon

Jumlah pohon yang ditanam olehnya menjadi yang terbanyak di Daerah Istimewa Yogyakarta. 

"Tapi, jumlah pohon yang saya tanam itu hanya terdiri atas beberapa jenis. Karena saya harus bisa menyesuaikan tumbuhan itu dengan iklam Indonesia. Sehingga, tanaman itu bisa tumbuh subur," ucapnya kepada awak media di tempat usahanya yang berada di Jalan Karangasem, Padukuhan Gamelan, Kalurhan Sendangtirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, Minggu (26/3/2023).

Setidaknya ada sembilan jenis pohon kurma yang ia tanam, meliputi kurma ajwa, kurma barhee, kurma KL-1 atau kolak one, kurma medjool, kurma sukari, kurma khalas, kurma zaghloul, kurma khenaizi dan kurma mazafati.

"Bersyukurnya, pohon kurma yang saya tanam itu tumbuh dengan tidak mengenal musim. Jadi tumbuhan itu berbuah dengan sistem menyusul seperti kepala," tutur Paryoto.

"Kalau di Arab itu umumnya berbunga pada musim dingin atau sekitar Januari. Nah, kalau di sini atau di tempat yang saya kelola ini, rata-rata mereka berbunga sekitar Agustus sampai November. Kemudian selang empat sampai lima bulan baru bisa penan," sambung dia.

Baca juga: KISAH Warga Kaliangkrik Magelang Selamat dari Ledakan 7,5 Kg Bahan Baku Mercon

Akan tetapi, dalam sekali panen kurma, Paryoto hanya memperoleh tujuh sampai sembilan tandan kurma.

Di mana satu tandan buah tersebut setara dengan 20 kilogam kurma.

Artinya, dalam satu kali panen, Paryoto bisa memperoleh 140 sampai 180 kilogram kurma.

Kendati begitu, ia tidak berfokus terhadap penjualan buah kurma, melainkan fokus terhadap penjualan bibit kurma.

Sehingga, Paryoto bisa maraih omzet sekitar Rp5 juta per bulan. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved