Kasus Mutilasi di Sleman

Sosok Korban Mutilasi di Sleman di Mata Tetangga : Orangnya Grapyak

AI dikenal sebagai pribadi yang grapyak, serta ramah pada tetangga dan siapapun.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA/MIFTAHUL HUDA
Seorang relawan turut membantu membawa peti jenazah ke rumah duka korban mutilasi, Senin (20/3/2023) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sudah dua hari, perempuan berinisial AI (35) telah meninggalkan dunia.

Masih banyak duka tersimpan di keluarga.

Rumahnya di Panembahan, Kraton, Yogyakarta pun masih dipenuhi orang-orang yang ingin mendoakannya.

AI adalah korban mutilasi di Pakembinangun, Sleman , Senin (20/3/2023).

Dia kini sudah dimakamkan di kawasan Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta, hari itu juga.

“Saya itu terakhir ketemu AI itu kalau gak Rabu ya Kamis, sebelum ada tragedi itu ada,” ungkap Kotong, satu di antara tetangga AI ketika ditemui Tribunjogja.com di daerah Suryoputran, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta, Selasa (21/3/2023).

Kotong sedang duduk-duduk sore, agak jauh dari rumah korban AI.

Baca juga: Kasus Mayat Mutilasi di Wisma di Pakem : Polisi Tangkap Tersangka, 7 Saksi Juga Telah Diperiksa

Dia memang bukan tetangga dekat rumah, tetapi dia kenal cukup lama dengan keluarga AI.

“Ya, AI itu orangnya grapyak. Ramah, sama tetangga ya ramah, sama siapa ramah. Keluarganya itu ya grapyak kog,” jelas Kotong.

Ibunda dari AI adalah pelanggan reparasi sofa dan mebel, usaha yang dirintis oleh Kotong.

Terkadang, Kotong sering mengambil mebel yang ingin direparasi oleh Ibunda AI.

“Ketemu terakhir Rabu atau Kamis itu ya karena AI dan ibunya biasanya beli kue-kue yang dijual istri saya di Pasar Ngasem. Biasanya, mereka datang jam 6 pagi, terus pulang jam 7 an lah,” kata Kotong lagi.

Kotong tidak menampik dirinya juga kaget dengan berita mutilasi yang menimpa AI.

Sebab, ia tidak melihat AI sebagai sosok yang aneh.

“Keluarga AI itu juga cukup kuat dalam hal agama. AI sendiri kan teman anak saya di SMP Muhammadiyah dulu. Anak saya di Cikarang dan sempat WhatsApp setelah ada kejadian itu,” beber dia.

Tidak hanya itu, Kotong cukup kenal pakdhe dari korban yang cukup aktif di masjid.

“AI tinggal di Suryoputran itu kalau gak salah sama ibunya dan budenya. Saya sering ketemu pagi-pagi itu, juga sama anak AI. Mereka juga baru 4-5 tahunan di sini,” tuturnya.

Sebelumnya, keluarga korban memang tinggal di Ngadisuryan, Kalurahan Patehan, Kemantren Kraton.

Mereka pun pindah ke daerah Suryoputran, Kalurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta.

“Saya lupa kapan tepatnya. Sebelum pindah ke Suryoputran ini, mereka tinggal di Ngadisuryan itu. Nah, saya yang angkat-angkat kursi itu pas pindah dari rumah lama ke rumah sekarang,” terangnya.

Hingga kini, ibunda korban juga belum membeli kue dari istri Kotong.

Dia paham, situasi memang sedang tidak enak.

“Paling gak ya, kalau orang Jawa itu ada seminggu berduka. Kami juga ikut berduka. Semoga arwah korban diterima Allah SWT,” tutupnya.

Raden Murti Buntoro, Lurah Panembahan, mengatakan AI diketahui berdomisili di RT 29 RW 9 Suryoputran, Panembahan, Kraton.

Namun begitu, di KTP ia masih tertulis sebagai warga Patehan. 
 
"Untuk domisili pastinya dari keluarga mengatakan di sini (Panembahan). Saya kurang tahu tentang AI, hanya tahu dia tinggal di sini,” tuturnya.

Baca juga: Pengakuan Awal Pelaku Mutilasi di Penginapan Pakem Sleman, Korban di Jemput di Kota Jogja

ALUMNI SEKOLAH DONASI

Alumni SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta, tempat dulu AI bersekolah akan mengirimkan donasi untuk anak-anak korban.

“Alumni sudah kirim donasi ke satu orang untuk dikumpulkan dan akan dibawa ke rumah duka besok,” ujar Ferry, seorang alumni SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

AI adalah alumni yang lulus tahun 2006.

Ferry dan kawan-kawan turut berduka cita atas meninggalnya AI.

Apalagi, AI meninggalkan dua anak yang masih butuh kasih sayang.

Meski demikian, Ferry tidak menampik, dirinya juga lost contact dengan AI selepas studi di SMA.

Menurutnya, sahabat AI zaman SMA juga tidak tahu kelanjutan hidup AI bagaimana.

“Kami sempat ngobrol di grup. Awalnya kami tidak yakin AI siapa, tapi terus ada foto-fotonya, kami jadi tahu itu dulu teman kami,” terangnya.

Dia berharap, pelaku segera tertangkap dan diberi hukuman setimpal. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved