Berita Purworejo

Volume Sampah di Purworejo Capai 65 Ton Per Hari, Didominasi Sampah Organik dari Pasar

Tiap hari ada sebanyak 65 ton sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Gunung Tumpeng Jetis atau TPA Jetis.

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Dewi Rukmini
Beberapa orang tampak sedang melakukan aktivitas di TPA Gunung Tumpeng Jetis (TPA Jetis) di Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (22/2/2023). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, PURWOREJO - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Purworejo meminta masyarakat untuk peduli dan sadar terkait masalah sampah di wilayahnya.

Wujud kepedulian itu dapat ditunjukkan dengan ikut serta memilah sampah sebelum dibuang. 

Kepala Bidang Pengelola Persampahan dan Keanekaragaman Hayati (PPKH) DLH Kabupaten Purworejo , Slamet, mengatakan, langkah tersebut perlu diambil karena volume sampah harian yang dihasilkan masyarakat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sudah sangat tinggi.

Ia mencatat, tiap hari ada sebanyak 65 ton sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Gunung Tumpeng Jetis atau TPA Jetis.

Baca juga: Pemkab Magelang Alihkan Pembuangan Sampah dari TPA Pasuruhan ke TPA Klegen Grabag, Ini Alasannya

Padahal menurutnya, saat ini volume sampah di TPA Jetis sudah bisa dikatakan overload (kelebihan muatan). 

"Sampah yang masuk sekitar 65 ton per hari, sumbernya dari masyarakat, jalan, dan pasar. Harapan kami masyarakat bisa mengurangi sampah karena TPA Jetis sudah overload melebihi dari seharusnya. Sekarang volume sampah di TPA Jetis ada 120 ribu ton, padahal kapasitasnya sekitar 80-an ribu ton," ucap Slamet kepada Tribunjogja.com , Rabu (22/2/2023). 

Menurut Slamet, jumlah sampah organik mendominasi volume sampah di Kabupaten Purworejo ketimbang sampah anorganik.

Jika dilihat secara persentase menempati angka 60 persen sampah organik dan 40 persen anorganik.

Dari jumlah tersebut, 70 persen sampah, baik organik atau anorganik, berasal dari Pasar. Sementara sisanya berasal dari rumah tangga, jalan, dan masyarakat. 

"Sampah organik paling tinggi karena sumbernya dari pasar dan jalan. Tetapi penyumbang sampah terbesar adalah pasar sekitar 70 persen atau 35 ton per hari. Sementara 30 ton lainnya berasal dari masyarakat dan jalan," katanya.

Ia mengungkakan, beberapa upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah khususnya DLH dalam menyelesaikan masalah persampahan.

Satu cara yakni dengan mengadakan pusat daur ulang di daerah kelurahan Lugosobo, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo , Jawa Tengah. 

Bangunan yang dibangun menggunakan dana alokasi khusus (DAK) pada 2022 lalu itu dapat dimanfaatkan untuk pemilahan dan pengomposan sampah

"Saat ini sudah berfungsi meskipun masih ada peningkatan-peningkatan kemampuan untuk pengelolaannya," ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved