Politik Global
Erdogan Kritik Presiden Prancis, Anggap Macron Tak Mampu Jadi Tokoh Global
Presiden Turki Tayyip Erdogan mengritik Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak mamppu jadi tokoh global dan memimpin negara itu.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Macron dan Erdogan sering terlibat dalam cekcok verbal. Salah satu insiden paling terkenal terjadi pada 2020, ketika Presiden Turki menyarankan Macron “perawatan mental”.
Erdogan mengkritik sikap dan pandangan Emmanuel Macron terhadap Islam dan kaum Muslim.
Pada saat itu, Macron mengatakan Muslim radikal di Prancis bersalah atas separatisme Islam. Menanggapi komentar Erdogan, Paris memanggil duta besarnya untuk Türki untuk konsultasi.
Burkina Faso Usir Pasukan Prancis
Terlepas dari kekacauan politik yang tampak setelah dua kudeta militer di Burkina Faso pada 2022, para aktivis muda di negara Afrika Barat itu menjelaskan pandangan mereka yang menentang pengaruh kolonial Prancis.
Tumbuh di Bobo-Dioulasso, kota yang dikenal sebagai ibu kota ekonomi dan budaya Burkina Faso, Abdoul Salam Koussoube beruntung bisa mengikuti hasratnya dan menjadi manajer proyek budaya.
Dia mengerjakan berbagai produksi film, berpartisipasi dalam festival film dan menghadiri acara budaya.
Namun, mirip dengan banyak anak muda di negara Afrika Barat saat ini, Koussoube juga secara aktif mengadvokasi masalah keadilan sosial, terutama masalah yang masih ada akibat penjajahan Prancis selama lebih dari 60 tahun.
"Saya telah tertarik dengan masalah sosial, budaya, dan politik di negara Afrika terjajah kami selama lebih dari 10 tahun. Saya seorang aktivis yang mengadvokasi lebih banyak keadilan sosial di dunia," kata Koussoube, yang berusia 30-an, kepada Sputnik.
Sebagai negara yang mengalami dua kali kudeta militer pada tahun 2022, Burkina Faso tampak menghadapi banyak ketidakpastian di tengah krisis politik.
Tapi bagi aktivis muda lokal seperti Koussoube, kerusuhan politik di negara itu mewakili seruan generasi muda untuk perubahan, dan kudeta militer sebagian besar mendapat dukungan rakyat.
“Peristiwa terkini memaksa kita untuk meninjau kembali Sejarah, ketika negara ini mengalami rezim militer progresif yang mengubah nasibnya selamanya dari 1983-1987,” jelasnya.
Kami berani percaya dan berharap bahwa otoritas saat ini bekerja ke arah yang sama, meskipun harus diakui mekanisme penindasan imperialisme tidak membuat tugas itu mudah,” lanjutnya.
Burkina Faso sempat meminta bantuan Prancis melawan kehadiran kaum ekstremis agama. Kdua pihak kemudian menggelar Operasi Bourgou IV di Burkina Faso utara.
Beberapa pekan lalu, junta di Burkina Faso meminta Prancis menarik pasukannya dari negara Sahel dalam batas waktu satu bulan sejak 25 Januari 2023.(Tribunojogja.com/Sputniknews/xna)
Profil Bola Tinubu, Akuntan Lulusan AS, Pernah Jadi Keuangan di ExxonMobil Nigeria |
![]() |
---|
Politikus Senior Bola Tinubu Terpilih Jadi Presiden Nigeria |
![]() |
---|
China Kecam AS soal Asal Usul Virus Corona, Penyelidikan FBI Sudah Dipolitisasi |
![]() |
---|
Sergey Lavrov : Pendaftar BRICS Mencapai 20 Negara di Asia dan Afrika |
![]() |
---|
China Kecam Mentalitas Perang Dingin, Hegemonisme, dan Unilateralisme |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.