KISAH Teladan Jenderal Hoegeng yang Bisa Diikuti Polisi Zaman Now, Sederhana dan Tak Gagah-gagahan

Sosok Hoegeng yang bergaya hidup sederhana, tidak gagah-gagahan patut dicontoh oleh polisi zaman sekarang yang juga masih banyak mengalami kemelut int

Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Muhammad Fatoni
via Instisari.grid.id
Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso 

Kejujuran Hoegeng Imam Santoso telah teruji. Tindak-tanduknya sebagai polisi anti suap jadi bukti.

Bahkan, kejujuran itu acap kali hadir saat memangku jabatan di luar korps dan kesatuannya.

Kala menjabat Kepala Djawatan Imigrasi, misalnya, ia enggan mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Kepemimpinannya disegani karena berani. Hoegeng pernah mengusir pengusaha dari kantornya.

Sikap lurusnya sebagai bukti Hoegeng tak dapat diintervensi oleh pengusaha. Sekalipun orang dekat presiden.

Integritas Hoegeng sebagai polisi telah terlihat sejak zaman Jepang. Hoegeng menjalankan jabatannya dengan penuh komitmen.

2. Melarang istri buka toko bunga

Sebagai perwira, Hoegeng hidup pas-pasan. Untuk itulah istri Hoegeng, Merry Roeslani membuka toko bunga. Toko bunga itu cukup laris dan terus berkembang.

Namun, sehari sebelum Hoegeng akan dilantik menjadi Kepala Jawatan Imigrasi (kini jabatan ini disebut Dirjen Imigrasi) tahun 1960, Hoegeng meminta Merry menutup toko bunga tersebut.

Baca juga: FAKTA-Fakta Irjen Teddy Minahasa, Disebut Kontra Perjudian tapi Pro Pengedaran Narkoba

Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan istrinya. Apa hubungannya dilantik menjadi Kepala Jawatan Imigrasi dengan menutup toko bunga.

"Nanti semua orang yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang pada toko kembang ibu, dan ini tidak adil untuk toko-toko kembang lainnya," jelas Hoegeng.

Istri Hoegeng yang selalu mendukung suaminya untuk hidup jujur dan bersih memahami maksud permintaan Hoegeng. Dia rela menutup toko bunga yang sudah maju dan besar itu.

"Bapak tak ingin orang-orang beli bunga di toko itu karena jabatan bapak," kata Merry.

3. Berantas semua beking kejahatan

Pangkatnya saat itu masih setara dengan Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) saat dia diperintahkan pindah tugas ke Sumatera Utara pada 1955.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved