Tiga Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta Bakal Dikembangkan Jadi Pusat Ekonomi Kreatif

Ketiga pasar tradional tersebut meliputi Pasar Prawirotaman, Pasty (Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta), hingga Pasar Beringharjo.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
Pasar Prawirotaman menjadi satu di antara tiga pasar rakyat di Kota Yogyakarta yang bakal dikembangkan menjadi pusat ekonomi kreatif. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta tengah mengkaji pengembangan tiga pasar tradisional di wilayahnya menjadi pusat ekonomi kreatif.

Ketiga pasar tradional tersebut meliputi Pasar Prawirotaman, Pasty (Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta), hingga Pasar Beringharjo.

Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Yogyakarta, Veronica Ambar Ismuwardani, menyampaikan ketiga pasar itu memang mempunyai potensi besar yang dapat dikembangkan lebih luas lagi.

Sehingga, ke depannya, ketiganya tidak sebatas menjadi tempat jual beli kebutuhan pokok masyarakat semata.

"Dari 17 subsektor ekonomi kreatif, sejauh ini yang paling berkembang di Kota Yogyakarta adalah kuliner, fesyen, kriya dan seni pertunjukan. Kami mendata dari menu ekraf di JSS (Jogja Smart Service), ada sekitar 1.500 pelaku ekonomi kretarif dan 800 di antaranya di sektor kuliner," urainya, Minggu (16/10/2022).

Menurutnya, proses pengkajian pun masih bergulir untuk merumuskan konsep, pola dan rincian tahapan pengembangan ekonomi kreatif di prioritas tiga pasar rakyat.

Pihaknya harus melakukan analisis terlebih dahulu, berdasarkan pertimbangan aspek kebijakan, tata ruang, ekonomi, serta sumber daya.

"Proses kajian harapannya di akhir Oktober sudah selesai dan pengembangan bisa segera dilaksanakan pada tahun 2022 ini juga, ya," ungkapnya.

Dijelaskannya, ketiga pasar tradisional prioritas itu masing-masing memiliki karakteristik yang jadi modal awal pengembangan.

Misalnya, Pasar Prawirotaman yang sudah memiliki ruang ekonomi kreatif dan sarana pendukung di lantai 4.

Sehingga, potensi segmentasi pasar tersebut sangat variatif, seperti umum, wisatawan dan komunitas.

"Di Pasar Prawirotaman sudah dilaksanakan kegiatan laskar digital kerja sama dengan pihak ketiga untuk mengadakan pelatihan ke anak-anak sekolah setiap Sabtu dan Minggu. Lalu, ada kegiatan semacam coworking dan pameran di akhir pekan, dari pensil terbang (pelaku ekonomi kreatif)," cetus Ambar.

Kemudian, untuk Pasty, dianggap memiliki lokasi strategis di pintu gerbang Kota Yogyakarta bagian selatan.

Rencananya, karakter Pasty bakal diperkuat sebagai area hobi dan family, karena memiliki produk tanaman hias, satwa, keberadaan sentra kuliner, skatepark, serta panggung seni budaya.

"Teman-teman pedagang bahkan sudah main ketoprak di sana beberapa waktu lalu. Dari sekolah-sekolah dan masyarakat juga sudah menggunakan panggung untuk latihan-latihan. Harapan kami panggung itu bisa untuk seni pertunjukan yang lain, dengan segmentasi lebih luas," terangnya.

Sedangkan Pasar Beringharjo, lanjutnya, potensi dan  keunggulannya tak perlu diragukan lagi.

Selain berada di jantung perekonomian Kota Yogya, di kawasan Malioboro, Beringharjo juga sudah dilengkapi dengan panggung representatif yang bisa dimanfaatkan untuk gelar karya kerajinan dan kriya dari para pelaku.

"Belum lama ini juga ada Jogja Mandiri feysen show di Pasar Beringharjo, sebagai salah satu bentuk kegiatan ekonomi kreatif. Tentunya, ke depan, arah ke sana bakal kita kembangkan lagi," ucap Ambar.

Sementara itu Sekda Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, meminta pengembangan ekonomi kreatif di pasar rakyat perlu memperhatikan pada kebijakan Pemkot Yogyakarta.

Yaitu, peta jalan ekonomi kreatif secara keseluruhan di Kota Yogyakarta yang disusun eksekutif, melalui Bagian Perekonomian.

"Masing-masing titik lokasi harus punya daya unggul yang berbeda-beda, sehingga tidak terjadi kompetisi antar titik. Tapi, saling menguatkan," urainya.

Kemudian, kata Sekda, tata laksana pengembangan ekonomi kreatif di pasar rakyat juga harus dituangkan secara tekstual. Misalnya, terkait pemanfaatan ruang di pasar tradisional dengan sistem sewa.

"Dari sektor sumber daya juga perlu melibatkan komunitas. Sebab, basis komunitas itu cukup memberikan dorongan terhadap penumbuhan aktivitas ekonomi kreatif," jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved