Perang Rusia Ukraina

Erdogan Bikin Khawatir Negara Barat, Ini Sederet Penyebabnya

Kedekatan Vladimir Putin dan Tayyip Erdogan mengkhawatirkan pejabat negara-negara barat. Turki anggota NATO dan menolak menghukum Rusia.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
CEM OKSUZ / POOL / AFP
Foto ini diambil pada 15 November 2015 ketika Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut Presiden Rusia Vladimir Putin dalam KTT G20 di Antalya, Turki. 

TRIBUNJOGJA.COM, MOSKOW - Para pejabat barat semakin khawatir Turki, sekutu NATO dan calon anggota Uni Eropa, sedang memperkuat kerja samanya dengan Rusia.

Media terkemuka Financial Times menyuarakan kekhawatiran para pejabat Eropa dan AS, mengingat posisi dan status Turki sebagai anggota blok militer Eropa dan Atlantik Utara.

Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan Brussels sedang memantau hubungan Ankara dan Moskow yang semakin dekat di sektor perdagangan.

Baca juga: PERANG Rusia-Ukraina: Pesan Vladimir Putin kepada Tayyip Erdogan

Baca juga: 97 Tahun Perjanjian Laussane dan Politik Agresif Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

Baca juga: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Perintahkan Usir Duta Besar Amerika Serikat

Setelah pertemuan empat jam dengan Putin pada Jumat, Erdogan menyambut baik peran Rusia dalam membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Turki.

Kedua negara bertujuan meningkatkan omset perdagangan bilateral hingga $ 100 miliar, dan bekerja sama melawan terorisme dan mengupayakan perdamaian di Libya dan Suriah.

Putin berjanji Rusia akan memasok Turki dengan minyak, gas, dan batu bara tanpa gangguan apa pun, setelah kedua pemimpin sepakat Ankara akan membayar sebagian dari gas ini dalam rubel.

Pejabat lain mengatakan kepada surat kabar itu perilaku Erdogan sangat oportunistik. Ia menambahkan barat akan berusaha membuat orang Turki memperhatikan kekhawatiran mereka.

Meskipun anggota NATO sejak 1952 dan pemohon Uni Eropa sejak 1987, Turki telah memutuskan hubungan dengan kedua blok pada beberapa kesempatan, yang terakhir karena konflik di Ukraina.

Erdogan telah menggambarkan diplomasinya dengan Kiev dan Moskow sebagai seimbang, dan telah menolak ikut memberikan sanksi ke Rusia.

Turki adalah satu-satunya negara NATO yang tidak menjatuhkan hukuman seperti itu. Erdogan juga mengambil kesempatan menjadi tuan rumah pembicaraan damai Rusia-Ukraina pada Maret.

Perundingan itu gagal karena Ukraina dipengaruhi barat agar melawan Rusia. Sejak itu Rusia-Ukraina menemui jalan buntu menuju perdamaian atau peredaan konflik.

Belakangan Turki dipuji kembali karena memfasilitasi perundingan ekspor biji-bijian dari Ukraina melintasi Laut Hitam.

Ketika artikel Financial Times diterbitkan Sabtu (6/8/2022), kapal pertama yang membawa jagung Ukraina tiba di Istanbul untuk diperiksa pejabat Turki, Ukraina, Rusia, dan PBB.

Para pejabat yang berbicara kepada Financial Times mengatakan belum ada diskusi di Brussel tentang kemungkinan sanksi terhadap Turki.

Tetapi masing-masing anggota mungkin dapat mengurangi kerja sama keuangan atau perdagangan mereka dengan negara tersebut.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved