Perang Rusia Ukraina
PERANG Rusia-Ukraina: Pesan Vladimir Putin kepada Tayyip Erdogan
Presiden Rusia juga tidak akan mengakhir perang sampai Kyiv berhenti berperang, setelah upaya untuk mengevakuasi kota Mariupol gagal
Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Vladimir Putin mengatakan pada Minggu bahwa operasi miliernya di Ukraina berjalan sesuai rencana.
Presiden Rusia juga tidak akan mengakhir perang sampai Kyiv berhenti berperang, setelah upaya untuk mengevakuasi kota Mariupol yang dibombardir berat gagal untuk hari kedua berturut-turut.
Dia membuat komentar dalam panggilan telepon dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan, yang menyerukan gencatan senjata dalam konflik yang menurut PBB telah menciptakan krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Media Rusia mengatakan Putin juga mengadakan pembicaraan hampir dua jam pada hari Minggu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang tetap berhubungan secara teratur.
Namun seperti upaya internasional lainnya, belum ada yang berhasil membujuk Moskow untuk membatalkan invasi militer yang sekarang telah mencapai hari ke-11.

Pihak berwenang di Mariupol telah mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka akan melakukan upaya kedua untuk mengevakuasi sekitar 400.000 penduduk.
Itu dilakukan setelah kota pesisir Ukraina dibombardir hingga telah menjebak orang-orang tanpa pemanas, listrik dan air.
Tetapi rencana gencatan senjata gagal, seperti yang terjadi pada hari Sabtu, dengan masing-masing pihak saling menyalahkan atas kegagalan tersebut.
Putin mengatakan kepada Erdogan bahwa dia siap untuk berdialog dengan Ukraina dan mitra asing, tetapi setiap upaya untuk menarik negosiasi akan gagal, kata pernyataan Kremlin.
Turki mengatakan Erdogan telah menyerukan gencatan senjata untuk meredakan masalah kemanusiaan, seperti dikutip Tribun Jogja dari Reuters.
Kyiv memperbaharui seruannya kepada Barat untuk memperketat sanksi di luar upaya yang ada yang telah memukul ekonomi Rusia.
Ia juga meminta lebih banyak senjata, termasuk permohonan untuk pesawat buatan Rusia, untuk membantunya mengusir pasukan Rusia.
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan Washington sangat aktif mempertimbangkan bagaimana mereka dapat mengirim kembali pesawat untuk Polandia, jika Warsawa memutuskan untuk memasok pesawat tempurnya ke Ukraina, berbicara dalam perjalanan ke negara tetangga Moldova.
Mereka hancurkan kami

Moskow menyebut invasi yang diluncurkan pada 24 Februari sebagai "operasi militer khusus", dengan mengatakan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina, yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet di bawah kekuasaan Moskow, tetapi kini telah beralih ke Barat mencari keanggotaan NATO dan Uni Eropa.