Berita Kriminal

Nugas Berujung Petaka, Remaja 13 Tahun Asal Magelang Tidak Pulang Setelah Dijemput Teman

Kepala Dusun Sudimoro, Sih Agung menjelaskan, kasus ini mulai terungkap setelah dilakukan pengecekan dan mencari informasi dugaan korban terakhir bera

Tribunjogja.com | Nanda Sagita Ginting
Lokasi penemuan jenazah Wahid yang di perkebunan kopi Dusun Kupen, Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Jumat (4/8/2022) 

Tak hanya itu, pihak kepolisian juga mendalami senjata yang dipakai terduga pelaku saat menganiaya hingga menghilangkan nyawa korban.

Apakah, senjata itu sudah dipersiapkan sebelum melakukan tindak kejahatan.

"Ini perlu kami dalami lagi, kalau itu memang sudah dipersiapkan berarti ada unsur kesengajaan dan perencanaan menghilangkan nyawa seseorang,"terangnya.

Sementara itu, lanjut Kapolres, mengingat terduga pelaku masih di bawah umur maka kasus ditangani Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Magelang.

"Penanganan anak-anak jelas nanti yang menangani dari unit PPA dari Satreskrim Polres Magelang. Karena, waktunya penyelidikan cukup singkat sehingga ini akan kami percepat," tuturnya.

Sementara itu, saat disinggung terkait sangkaan pasal yang akan dikenai kepada terduga pelaku jika terbukti benar melakukan pelanggaran tersebut. Kapolres menjawab, pihaknya akan menunggu dari hasil penyelidikan.

"Nanti, dilihat pasal yang disangkakan. Untuk sementara ini, karena korban meninggal dunia akibat penganiayaan di sana. Makanya tadi kami sampaikan, kami akan dalami lagi apakah ada unsur kesengajaan menghilangkan nyawa serta juga ada unsur perencanaan,"terangnya.

Sementara itu, untuk keluarga korban hingga saat ini masih belum bisa dimintai keterangan.

Permintaan keluarga korban

Sementara itu, keluarga korban WHS (13) diwakili Kepala Desa Sudimoro, Sih Agung meminta agar pelaku dihukum seberat-beratnya.

"Yang jelas, harapan keluarga korban yakni pelaku harus dihukum yang seberat-beratnya, sesuai dengan perbuatannya," terangnya.

Ia berujar, saat ini kondisi keluarga korban masih sangat terpukul bahkan belum bisa dimintai keterangan.

"Orang tua korban nangis terus, itu sejak ditemukan jenazah sampai sekarang. Masih sangat terpukul.

“Bahkan usai dilakukan autopsi, orang tua korban tidak melihat jenazah karena tak sanggup," tuturnya.

Ia menambahkan, sehari-hari korban WHS dikenal merupakan sosok anak yang baik dan manis dilingkungannya.

Terlebih, korban WHS bersama keluarga baru saja pindah dari Yogyakarta ke Magelang pada bulan lalu.

"Bersaudara (korban) itu dia dengan adiknya, dua orang. Dia itu satu keluarga KK-nya kartu keluarga sini.

“Cuma dia (keluarga korban) merantau ke Yogyakarta, belum ada sebulan di sini. Anaknya menengan (pendiam).

“Maksudnya nggak rame seperti teman-temannya, kalem. Ya anak manis lah," ucapnya.

Ia melanjutkan korban yang baru lulus sekolah dasar (SD) pun mendaftar di sekolah menengah pertama (SMP) di sekitar tempat tinggalnya.

"Daftar sekolah di SMP sini (salah satu SMP di Kecamatan Grabag). Masuknya ya tahun ajaran baru tanggal 11 Juli itu, belum ada sebulan," urainya.

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved