Pakar UGM Sarankan Ini agar Kericuhan Suporter Klub Sepakbola Tak Berulang Kembali
“Jiwa massa ini timbul ketika berada di antara massa dan memunculkan perilaku aneh yang saat dia sendirian tidak akan berani melakukan hal-hal itu
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kericuhan massa suporter terjadi pada Kamis (25/7/2022) di kawasan Tugu Pal Putih dan Gejayan, Sleman.
Mereka yang ricuh merupakan suporter klub sepakbola tertentu yang memang sedang bertanding pada hari itu.
Kenapa kericuhan bisa terjadi?
Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Drs Koentjoro MBSc PhD menjelaskan, tindakan anarkis maupun vandalisme yang dilakukan oleh suporter sepak Bola bisa terjadi karena dipengaruhi oleh jiwa massa.
Baca juga: Bangkai Hiu Tutul yang Terdampar di Muara Sungai Bogowonto Kulon Progo Diduga Korban Perburuan Liar
“Anarkisme yang terjadi pada suporter bola ini karena jiwa massa yang ada dalam diri mereka,” jelasnya, Rabu (27/7/2022).
Koentjoro menyampaikan bahwa seseorang atau individu akan bersikap berbeda saat berada di tengah massa atau gerombolan.
Ketika berada di tengah massa, situasi itu akan mendorong munculnya perilaku atau tindakan yang tidak akan dilakukan saat diri mereka sedang sendiri.
“Jiwa massa ini timbul ketika berada di antara massa dan memunculkan perilaku aneh yang saat dia sendirian tidak akan berani melakukan hal-hal itu. Apalagi ditambah dengan mengenakan pakaian atau atribut yang kemudian menggambarkan itu adalah satu bagian,” paparnya.
Saat bersama dengan massa beratribut yang menggambarkan seseorang itu menjadi bagian dari kelompok massa tersebut, dikatakan Koentjoro, menjadikan seseorang berani melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan saat sendiri.
Tak hanya pada suporter bola, hal itu juga terjadi pada kerumunan massa lainnya seperti kampanye maupun demo.
“Misalnya saja di tengah demo atau kampanye ada pemimpin yang meneriakkan kata-kata dan melakukan gerakan tertentu secara tidak sengaja atau tak disadari akan tertular. Orang seringkali kehilangan kesadaran saat sudah berkumpul karena terhipnotis lingkungan,” paparnya.
Guna mencegah kericuhan massa, Koentjoro menyebutkan pentingnya upaya pengendalian massa.
Pengendalian massa bisa dilakukan memecah massa dalam kelompok-kelompok lebih kecil agar jiwa massa tidak terlalu solid.
“Penting memecah massa agar massa tidak terkonsentrasi menjadi satu,” imbuhnya.
Baca juga: Kakek di Turi Sleman Menghilang Setelah Pamit untuk Pergi ke Ladang, Tim Gabungan Lakukan Pencarian