Wajah Baru Alun alun Utara Yogyakarta

Dulu vs Sekarang, Inilah Wajah Terbaru Alun-alun Utara Yogyakarta dan Filosofinya

Inilah perbandingan wajah Alun-alun Utara Yogyakarta dulu dan sekarang. Mengapa tanahnya harus diganti pasir? Berikut penjelasannya.

DOK. TRIBUNJOGJA.COM
Dulu vs Sekarang, Inilah Wajah Terbaru Alun-alun Utara Yogyakarta dan Filosofinya 

TRIBUNJOGJA.COM - Bagi Anda yang sudah sering melewati titik nol kilometer Kota Yogyakarta pasti sudah melihat sekilas bagaimana wajah baru Alun-alun Utara.

Sementara itu, bagi Anda yang setiap harinya melewati kawasan Alun-alun Utara Yogyakarta, mungkin sudah terbiasa jadi saksi proses revitalisasi penggantian pasir.

Proses revitalisasi penggantian pasir Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (13/7/2022)
Proses revitalisasi penggantian pasir Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (13/7/2022) (DOK. Tribunjogja.com/Hari Susmayanti)

Baca juga: Wajah Baru Alun-alun Utara Yogyakarta, Begini Penampakannya

Berbeda dari tahun lalu yang masih penuh rumput bahkan sampai rimbun, kini sudah tidak ada rumput sama sekali di Alun-alun Utara Yogyakarta.

Rerumputan sudah dibabat habis, begitu juga tanah lawasnya. 

Malah, selama proses revitalisasi berlangsung, ditemukan timbunan sampah, sisa spanduk, sampai pondasi beton bekas sekaten bertahun-tahun lalu.

Paniradya Pati Kaistimewaan DIY, Aris Eko Nugroho menuturkan, ada sampah bekas spanduk yang bertuliskan 1983. 

Bayangkan sudah berapa puluh tahun sampah itu ada di dalam tanah Alun-alun utara Yogyakarta.

Karena kondisi yang memprihatinkan itu, pihak Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Jogja berniat mengganti pasir yang telah tercemar dengan pasir baru.

Seorang pekerja tengah membersihkan sampah di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (13/7/2022)
Seorang pekerja tengah membersihkan sampah di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (13/7/2022) (Tribunjogja/Hari Susmayanti)

Proyek revitalisasi penggantian pasir di Alun-alun Utara Yogyakarta itu sudah berlangsung sejak Minggu, 3 April 2022 lalu.

Saat ini, proyeknya sudah hampir selesai. 

Proyek penggantian pasir di Alun-alun Utara Yogyakarta memang ditargetkan akan selesai bulan ini, Juli 2022.

Sebagai perbandingan untuk Anda, berikut adalah potret Alun-alun Utara Yogyakarta sebelum revitalisasi penggantian pasir dan setelah revitalisasi.

Baca juga: Menikmati Sensasi Potong Rambut Outdoor di Bawah Pohon Beringin Kawasan Alun-alun Utara

Foto wajah Alun-alun Utara Yogyakarta sebelum direvitalisasi

Berikut dokumentasi foto kegiatan yang berlangsung di Alun-alun Utara Yogyakarta sebelum diadakan proyek revitalisasi. Foto-foto ini diabadikan oleh Tribunjogja.com.

Ribuan orang mulai berdatangan ke Alun-alun utara untuk melakukan sholat Idul Adha 1438H. Nampak pula ribuan umat muslim tersebut mulai mengisi saf yang berada di sekitaran lokasi sholat tersebut. Jumat (1/9/2017) pagi.
Ribuan orang mulai berdatangan ke Alun-alun utara untuk melakukan sholat Idul Adha 1438H. Nampak pula ribuan umat muslim tersebut mulai mengisi saf yang berada di sekitaran lokasi sholat tersebut. Jumat (1/9/2017) pagi. (tribunjogja/pradito rida pertana)
Sejumlah pekerja berusaha mengangkat patung milik seniman Yusman yang dipamerkan di Alun-Alun Utara, kota Yogyakarta, Senin (22/1/2018). Patung-patung besar karya Yusman yang sempat menjadi lokasi foto bagi para wisatawan tersebut mulai dipindahkan.
Sejumlah pekerja berusaha mengangkat patung milik seniman Yusman yang dipamerkan di Alun-Alun Utara, kota Yogyakarta, Senin (22/1/2018). Patung-patung besar karya Yusman yang sempat menjadi lokasi foto bagi para wisatawan tersebut mulai dipindahkan. (Tribun Jogja/ Hasan Sakri Ghozali)
Para peserta senam massal dalam acara Fun Bike Kadin dan Senam massal di Alun-alun Utara kota Yogyakarta, Minggu (24/2/2019)
Para peserta senam massal dalam acara Fun Bike Kadin dan Senam massal di Alun-alun Utara kota Yogyakarta, Minggu (24/2/2019) (Tribun Jogja/Ahmad Syarifudin)

Baca juga: Pohon Beringin di Alun-alun Utara Yogyakarta Punya Nama Tersendiri, Begini Filosofinya

Foto proses revitalisasi Alun-alun Utara Yogyakarta

Berikut dokumentasi foto kegiatan revitalisasi penggantian pasir Alun-alun Utara Yogyakarta yang diabadikan oleh Tribunjogja.com.

Dua eskavator atau alat berat penggaruk tanah sedang beroperasi di Alun-Alun Utara Kota Yogyakarta, di Kemantren Gondomanan, Kota Yogyakarta, Kamis (14/4/2022) pagi.
Dua eskavator atau alat berat penggaruk tanah sedang beroperasi di Alun-Alun Utara Kota Yogyakarta, di Kemantren Gondomanan, Kota Yogyakarta, Kamis (14/4/2022) pagi. (TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Rukmana)
Proses revitalisasi penggantian pasir Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (13/7/2022)
Proses revitalisasi penggantian pasir Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (13/7/2022) (DOK. Tribunjogja.com/Hari Susmayanti)
Seorang pekerja tengah membersihkan sampah di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (13/7/2022)
Seorang pekerja tengah membersihkan sampah di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (13/7/2022) (Tribunjogja/Hari Susmayanti)
Pekerja tengah meratakan pasir di Alun-alun Utara menggunakan buldoser, Rabu (13/7/2022)
Pekerja tengah meratakan pasir di Alun-alun Utara menggunakan buldoser, Rabu (13/7/2022) (Tribunjogja/Hari Susmayanti)

Baca juga: Pohon Beringin di Alun-alun Utara Yogyakarta Punya Nama Tersendiri, Begini Filosofinya

Foto penampilan Alun-alun Utara Yogyakarta hari ini, Rabu (13/7/2022)

Foto penampilan terbaru Alun-alun Utara Yogyakarta
Foto penampilan terbaru Alun-alun Utara Yogyakarta (DOK. Tribunjogja.com/Hari Susmayanti)
Foto penampakan bagian tengah Alun-alun Utara Yogyakarta setelah direvitalisasi. Pohon beringin Dewa Daru dan Wijaya Daru tampak gagah setelah bagian kanan dan kirinya diratakan menggunakan pasir halus, Rabu (13/7/2022).
Foto penampakan bagian tengah Alun-alun Utara Yogyakarta setelah direvitalisasi. Pohon beringin Dewa Daru dan Wijaya Daru tampak gagah setelah bagian kanan dan kirinya diratakan menggunakan pasir halus, Rabu (13/7/2022). (DOK. Tribunjogja.com/Hari Susmayanti)

Mungkin sebagian dari Anda penasaran, sebenarnya mengapa tanah di Alun-alun Utara Yogyakarta harus diganti pasir? Berikut penjelasannya.

Baca juga: Ada Proyek Apa di Alun-alun Utara Yogyakarta?

Mengapa tanah di Alun-alun Utara Yogyakarta harus diganti pasir?

Tentu bukan tanpa alasan Kraton Jogja melakukan revitalisasi penggantian pasir di Alun-alun Utara Yogyakarta.

Ternyata, ada filosofi yang melatarbelakangi upaya tersebut.

Dikutip Tribunjogja.com dari laman resmi Kraton Jogja, Rabu (13/7/2022), Pasir lembut yang menyelimuti seluruh permukaan alun-alun merupakan penggambaran atau lambang dari laut tak berpantai.

Disebutkan bahwa laut tak berpantai merupakan perwujudan dari Tuhan Yang Maha Tak Terhingga.

Foto Alun-alun Utara Yogyakarta Zaman Dulu
Foto Alun-alun Utara Yogyakarta Zaman Dulu (DOK. Instagram Kraton Jogja)

Karenanya, seluruh permukaan Alun-alun Utara Yogyakarta memang sudah seharusnya ditutup dengan pasir lembut seperti zaman dulu dan juga seperti Alun-alun Selatan Yogyakarta.

Sementara itu, dua pohon beringin di tengah Alun-alun Utara juga memiliki nama, yaitu Kiai Dewadaru dan Kiai Janadaru. Kini, nama Kiai Janadaru berubah menjadi Kiai Wijayadaru.

Menurut Serat Salokapatra, benih Kiai Janadaru berasal dari Keraton Pajajaran, sementara Kiai Dewadaru benihnya berasal dari Keraton Majapahit.

Kiai Dewadaru adalah pohon beringin yang terletak di sebelah barat garis sumbu filosofis, sedangkan Kiai Janadaru atau Kiai Wijayadaru berada di sebelah timur sumbu filosofis.

Baca juga: Paniradya Kaistimewan DIY Tegaskan Revitalisasi Alun-alun Utara Yogyakarta Tak Gunakan Danais

Bagi yang belum tahu, sumbu filosofis yang dimaksud di sini adalah garis imajiner yang terbentang dari Gunung Merapi, melewati Tugu Jogja, kemudian Alun-alun Utara Yogyakarta, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Alun-alun Selatan Yogyakarta, Kandang Menjangan, sampai ke Laut Selatan.

Dikutip dari laman Dinas Pariwisata DIY, pembangunan Yogyakarta dirancang oleh Sultan Hamengku Buwana I dengan landasan filosofi yang sangat tinggi.  

Beliau menata Kota Yogyakarta membentang arah utara-selatan dengan membangun Keraton Yogyakarta sebagai titik pusatnya.

Secara simbolis, filosofi garis imajiner ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam.

Simbol keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan alam termasuk lima anasir pembentuknya, yakni api dari Gunung Merapi, tanah dari bumi Ngayogyakarta, air dari Laut Selatan, serta angin dan akasa.

Nah, Kiai Dewadaru dan Kiai Janadaru atau Kiai Wijayadaru yang mengapit sumbu filosofi Yogyakarta tersebut juga memiliki makna tersendiri.

Baca juga: Alat Berat Beroperasi di Alun-alun Utara Yogyakarta, GKR Mangkubumi: Itu Untuk Penataan

Kiai Dewadaru yang berada di sebelah barat sumbu filosofis, bersama Masjid Gedhe Yogyakarta yang juga berada di sebelah barat sumbu tersebut, menjadi gambaran hubungan manusia dengan Tuhan.

Sementara itu, Kiai Janadaru atau Kiai Wijayadaru yang berada di sebelah timur sumbu filosofis, bersama Pasar Beringharjo yang juga berada di sebelah timur sumbu itu, menjadi gambaran hubungan manusia dengan manusia.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Kiai Dewadaru, Kiai Jandaru, dan lautan tak berpantai yang ditandai dengan pasir lembut di sekelilingnya, merupakan simbol keselarasan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan yang Maha Tak Terhingga, serta manusia dengan manusia lainnya. (Tribunjogja.com/ANR)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved