Kenali Gejala PMK pada Hewan Ternak, Ini Penjelasannya
Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkiti hewan ternak akan menimbulkan banyak kerugian di sektor peternakan.
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
"Ada beberapa laporan yang mengarah ke PMK, tetapi ketika ditelusuri, ketika petugas di lapangan, itu bukan PMK tapi penyakit yang lain," imbuhnya.
Ia menyatakan bahwa penularan virus ini terbilang cepat antar hewan ternak. Penularan biasanya melalui liur ternak.
"Misalnya liur kena rumput, kemudian rumput dimakan hewan lain, bisa kena. Kemudian dari kandang yang sapinya kena PMK, dan kandangnya dipakai hewan lain nah itu bisa menular. Bahkan alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut ternak bisa menjadi media penularan," terangnya.
Menurutnya semua benda yang berhubungan dengan ternak yang terinfeksi bisa menularkan ke hewan ternak yang lain, maka dari itu ketika terjadi kasus harus ada penutupan dan desinfeksi secara masal.
Setelah dilakukan penutupan, kemudian dilakukan surveilans secara berkala dengan mengambil sampel secara terus menerus sampai benar-benar dikatakan negatif oleh lab.
Meski virus ini cukup tinggi menular ke hewan ternak, namun Titih menyatakan bahwa sampai saat ini belum ditemukan adanya penularan ke manusia (zoonosis). Menurutnya, daging dari hewan yang terpapar PMK masih bisa dikonsumsi, asalkan dimasak dengan matang.
"Daging harus dilayukan terlebih dahulu selama 24 jam supaya ph daging di bawah 6. Selama daging dimasak dengan sempurna, virus itu akan mati. Kemudian untuk susu, bisa dididihkan terlebih dahulu. Tapi untuk jeroan, mulut dan lidah sebaiknya dihandiri untuk dikonsumsi. Walaupun saat ini belum ada laporan zoonosis ke manusia, kita tetap harus waspada," urainya.
Baca juga: Kadinkes Gunungkidul Ingatkan Lepas Masker Bukan Berarti Bebas Sepenuhnya
Sementara itu, Warsito, pengelola kandang penampungan hewan ternak di Padukuhan Dagan, Kalurahan Murtigading, Kapanewon Sanden mengapresiasi atas upaya pemerintah melakukan pemeriksaan hewan ternak di kandang-kandang milik warga. Sementara sapi yang berada di kandangnya tersebut saat ini berjumlah 40-an ekor.
Warsito mengatakan bahwa selama ini setiap sapi yang datang akan disemprot desinfektan dan akan disuntikan vitamin dan antibiotik agar sapi tetap sehat. Ia mengungkapkan bahwa selama ini sapi yang masuk berasal dari dalam wilayah DIY.
"Kemarin sempat ada yang menawarkan sapi dari madura, saya tolak, kalau tidak ada SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan)," ucapnya.
Adapun sapi-sapi yang ia ternakan biasanya dijual kembali ke pasar hewan dan tetangga sekitar yang membutuhkan bibit. Pun dengan adanya berita tentang penyebaran PMK di beberapa wilayah di Indonesia, hal itu tidak mempengaruhi harga sapi.
"Harga masih stabil. Karena disini belum ada terdeteksi PMK, peternak juga tidak resah. Sejak puasa kemarin daerah sini belum ada ternak yang bergejala," tandasnya. (nto)