Berita Bantul Hari Ini

Antisipasi Antraks, Pemkab Bantul Awasi Lalu Lintas Ternak

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul memperketat lalu lintas hewan di perbatasan Bantul dan Gunungkidul .

Penulis: Santo Ari | Editor: Gaya Lufityanti
weeklytimesnow.com.au
ilustrasi Anthrax 

TRIBUNJOGJA.COM - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul mencatat ada 15 hewan ternak yang mati karena antraks .

Sementara Dinas Kesehatan Gunungkidul melaporkan ada 26 orang yang terindikasi terpapar antraks .

Sebagai upaya agar antraks tidak meluas ke daerah lain, termasuk Bantul, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul memperketat lalu lintas hewan di perbatasan Bantul dan Gunungkidul .

Kepala DKPP Bantul , Joko Waluyo mengatakan sejak munculnya antraks di Gunungkidul , pihaknya langsung melakukan antisipasi dengan memperketat pengawasan di perbatasan yakni di Piyungan, Dlingo, dan Pleret.
 
"Kami sudah meminta teman-teman di tiga kapanewon terutama yang berbatasan langsung dengan Gunungkidul untuk melakukan pengawasan lalu lintas ternak," ujarnya Kamis (3/2/2022).

Baca juga: Penjual Ternak di Gunungkidul Berharap Ada Edukasi Soal Antraks

Selain itu pihaknya juga melakukan penyemprotan disinfektan di Pasar Hewan Imogiri .

Ia menyebut setiap pasaran legi, pasar hewan terbesar di Bantul tersebut bisa memperdagangkan 600-700 ekor sapi dan kambing.  

Maka dari itu, ia meminta pengelola pasar hewan untuk mengecek kesehatan hewan yang datang dari Gunungkidul dan Wonogiri termasuk memerintahkan petugas kesehatan hewan tiap kecamatan untuk selalu memantau kondisi ternak di setiap kelompok peternak.

"Kami waspadai keluar masuk ternak. Teman medis sudah ditekankan tentang kebersihan dan awasi kondisi ternak di masyarakat," imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Joko mengungkapkan bahwa antraks termasuk salah satu penyakit zoonotik yang disebabkan oleh Bacillus Anthracis dan dapat menyerang hewan pemamah biak maupun binatang buas.

Namun, bakteri ini juga dapat menular ke manusia serta dapat menimbulkan kematian.

Dijelaskannya, bakteri Bacillus Anthracis penyebab penyakit antraks bisa hidup puluhan tahun atau bahkan bisa melebihi usia manusia.

Meski hewan yang terpapar antraks telah mati dan dikubur dalam tanah, namun bakteri tersebut tetap bisa bertahan hidup, maka dari itu diperlukan upaya penyemprotan dengan disinfektan yang memerlukan biaya yang cukup banyak.  

Ia menyebut penularan antraks antarhewan dan atau dari hewan ke manusia cukup cepat.

Sementara menurutnya, wilayah Gunungkidul dan Kulon Progo merupakan daerah endemis antraks .

Ia juga menyebut bahwa selama ini belum ada sejarah Kabupaten Bantul terserang antraks .

Baca juga: Jadi Zona Merah Antraks, Ternak dari 2 Kalurahan di Gunungkidul Dilarang Keluar Daerah

Maka dar itu, ia berharap masyarakat Bantul dapat meningkatkan kewaspadaannya, terlebih Bantul merupakan penyuplai daging terbanyak,

"Bantul itu penyuplai daging terbesar di DIY, bisa sampai 70 persennya. Jika antraks sampai Bantul , akan mengurangi konsumen daging di wilayah Bantul . Mudah-mudahan Bantul jangan sampai kena antraks ," harapnya.

Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, UKM, dan Koperasi Bantul , Agus Sulistiyana yang membawahi pengelola Pasar Hewan Imogiri mengaku sudah mewanti-wanti pada pengelola pasar hewan untuk selalu menjaga kebersihan.

Pihaknya juga berkoordinasi dengan DKPP untuk melakukan pengecekan kesehatan di Pasar Hewan Imogiri secara berkala.

"Kami juga meminta DKPP untuk mensosialisasikan kesehatan hewan kepada masyarakat agar masyaakat mendapatkan hewan yang sehat saat membeli di pasar hewan," tambahnya. ( Tribunjogja.com

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved