Berita Kota Yogya Hari Ini

Mulai Pindah Hari Ini, Berikut Harapan PKL Malioboro di Tempat Relokasi Baru

Pedagang kaki lima ( PKL ) yang biasa berjualan di selasar Malioboro mulai boyongan ke tempat berjualan baru per hari ini, Selasa (1/2/2022).

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Yuwantoro Winduajie
Pedagang Malioboro menyiapkan lapak dagangannya di Teras Malioboro II atau bekas kantor Dispar DIY, Selasa (1/2/2022) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pedagang kaki lima ( PKL ) yang biasa berjualan di selasar Malioboro mulai boyongan ke tempat berjualan baru per hari ini, Selasa (1/2/2022).

Dua tempat yang disiapkan yakni bekas Gedung Bioskop Indra serta bekas kantor Dinas Pariwisata (Dispar) DIY.

Daldini (65), menjadi satu dari 1.836 di kawasan Malioboro yang terdampak kebijakan relokasi.

Sudah 40 tahun lamanya wanita berusia 65 tahun itu berdagang di lorong-lorong pertokoan, tepatnya di dekat Mirota Batik Jalan Margo Mulyo, Gondomanan, Kota Yogyakarta .

Saat pertama kali berdagang, DI Yogyakarta masih dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX.

Baca juga: PKL Malioboro Boyongan Hari ini, Disbud Kota Yogyakarta Tak Mau Ada Jual Beli Lapak Baru

Kondisi di Ikon Kota Yogyakarta itu pun belum seramai sekarang.

Pertokoan saja sudah tutup sebelum pukul dua siang.

"Saya jualan di Malioboro sudah 40 tahun sejak zaman pak HB IX. Sebelum ditata seperti sekarang, masih sepi," jelas Daldini, Selasa (1/2/2022) sambil menyiapkan lapaknya.

Per hari ini, dirinya diminta hengkang dari tempat dia biasa berjualan.

Daldini mendapat tempat berjualan baru yang disiapkan oleh pemerintah setempat, lokasinya berada di bekas kantor Dispar DIY.

Dia memutuskan untuk tak berjualan hari ini.

Selama beberapa hari ke depan dia bersama suaminya bakal sibuk menyiapkan lapak.

"Belum bisa jualan baru bisa siap-siap. Kalau saya belum tentu jualannya kapan yang penting tempatnya sudah siap dulu," terangnya.

Lapaknya sekarang diakuinya memiliki luasan yang lebih sempit.

Baca juga: Soal Pengundian Lapak, Forpi Kota Yogya Minta PKL Malioboro Dapat Hak yang Sama

Jika dulu dia bisa berjualan di area seluas 1,3-2 meter kini luasannya hanya sekitar 1,2 meter persegi saja.

Otomatis produk dagangan yang bisa ditampilkan di etalase juga berkurang.

Kendati demikian, Daldini tampak tak terlalu mempermasalahkannya.

Daldini pun menaruh harapan agar tempat relokasi ini bisa ramai dikunjungi wisatawan.

"Nggak usah dibikin sulit, dijalani saja. Jangan sedih, nanti kita bisa tambah susah. Kan kalau sedih bisa sakit. kita jalani saja," terangnya.

"Semoga lancar dan bisa laku," tambahnya.

Sementara itu, seorang PKL Malioboro lainnya, Toni (40) juga memiliki harapan yang sama.

Dia berharap pemerintah benar-benar menepati janjinya.

Yakni untuk terus melakukan upaya promosi agar tempat relokasi PKL dapat ramai dikunjungi wisatawan.

"Saya menyesuaikan untuk relokasi ini, mohon doanya saja (agar ramai)," terang Toni.

Baca juga: Mayoritas PKL Malioboro Sudah Mendapat Nomor Lapak

Pedagang aksesoris yang sudah berjualan sejak tahun 1988 ini mengaku bahwa dirinya dapat meraup keuntungan sekitar Rp 100 ribu dalam sehari.

Sedangkan di momen hari raya pendapatannya bisa mencapai Rp 200-300 ribu. 

Namun saat pandemi Covid-19 melanda, Toni bisa tak mendapatkan penghasilan sama sekali.

Saat ini wisatawan memang telah kembali menggeliat begitu pula dengan omzet yang didapatkannya.

Kondisi ekonomi pedagang pun mulai berangsur pulih.

Namun di awal 2022 ini ternyata pemerintah memberlakukan kebijakan relokasi, Toni pun harus memulai dari awal.

"Waktu Covid-19 itu malah tombok saya milih nggak jualan dulu dulu. Sekarang sudah mendingan tapi jadi mengawali lagi (karena ada relokasi)," jelasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved