Dokter Spesialis Paru RSA UGM Beberkan Karakteristik Gejala Varian Omicron
Gejala yang dirasakan pasien Varian Omicron yang sering terlihat, sebagian besar seperti penyakit influenza.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dokter Spesialis Paru-Paru Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Astari Pranindya Sari SpP, menjelaskan Varian Omicron memiliki karakteristik tersendiri.
Terutama dari sisi gejala yang ditimbulkan, yang disebutnya berbeda dari varian virus Corona sebelumnya.
Menurutnya, Varian Omicron ini memang berbeda daripada varian-varian lainnya.
Dari hasil penelitian yang dia baca, Varian Omicron lebih mudah menular dibandingkan varian terdahulunya, seperti Alpha, Beta, Gamma maupun Delta.
“Kalau Alpha itu dinilai bisa menyebarkan tiga kali lebih cepat dan Delta 10 kali lebih cepat, maka Omicron ini berkali lipat lebih cepat daripada Delta,” tuturnya kepada Tribun Jogja, Kamis (6/1/2022).
Baca juga: Kasus Covid-19 di Sleman Masih Landai, Belum Ada Laporan Ditemukannya Varian Omicron
Baca juga: Antisipasi Varian Omicron, Ini yang Dilakukan Penegak Hukum dan Satgas Covid-19 DIY
Dokter Astari juga menerangkan, berdasarkan penelitian di laboratorium peneliti dunia, virus Sars-CoV-2 Varian Omicron ini banyak menempel di saluran pernapasan bagian atas daripada di paru-paru.
Sehingga, gejala Varian Omicron yang sering terlihat, kata dia, sebagian besar seperti penyakit influenza.
“Ya, gejalanya batuk dan pilek. Influenza-like illness atau flu. Ini kebalikan varian terdahulu yang banyak berkembang biak di paru-paru,” terangnya.
Dengan begitu, kata dia, orang yang terjangkit varian terdahulu lebih dominan mengalami gejala sesak napas.
Ada juga yang mengalami anosmia atau kehilangan bau di indera penciuman.
Selain seperti penyakit flu, Astari juga mengungkapkan gejala yang banyak terlihat dari penderita Varian Omicron adalah mudah kelelahan, sakit tenggorokan serta nyeri sendi.
“Nah, apabila sudah merasa gampang lelah, batuk pilek, mungkin masyarakat bisa langsung tes swab dan isolasi mandiri. Tetap pakai masker yang rapat dan jaga jarak agar penularan tidak terjadi,” ungkap Astari.
Adapun periode inkubasi virus Covid-19 Varian Omicron, ditambahkannya, tidak berbeda jauh dengan virus varian sebelumnya, yakni 5-6 hari sejak pertama kali pasien terjangkit.
Ditanya mengenai tes swab yang akurat, ia menyarankan agar masyarakat bisa melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) agar hasil bisa mendekati sempurna.
“Saya sarankan demi kepentingan skrining yang lebih baik maka bisa tes PCR saja untuk melihat ini benar kena Covid-19 atau bagaimana,” tuturnya.
Menurutnya, penegakan diagnosa Covid-19 masih sama dengan yang terdahulu yakni menggunakan tes PCR.
Secara molekuler, Varian Omicron memang mungkin menyebabkan false negative.
Baca juga: Pemda DIY Beri Perhatian Munculnya Klaster Covid-19, Sampel Pasien Diuji Lab untuk Deteksi Omicron
Baca juga: Transmisi Lokal Covid-19 Kembali Muncul di Kota Yogya, Sample Diperiksa untuk Deteksi Omicron
Hal ini karena mutasi Varian Omicron berada di daerah protein S yang selama ini dikenal dan sering menjadi tempat pengecekan diagnostik serta target pembuatan vaksin.
“Tapi, ini semua sudah dipikirkan oleh sejawat dari persatuan spesialis mikrobiologi klinik ya. Organisasi sudah mengeluarkan keterangan resmi terkait Omicron dan saat tes, harus mencari tiga gen, tidak boleh hanya protein S saja agar tidak false negative,” bebernya.
Ia menekankan, hingga kini, pencegahan Covid-19 masih mengandalkan metode 5M.
Yakni Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menghindari kerumunan dan Mengurangi mobilitas.
( tribunjogja.com )