Dinkes Bantul Luncurkan Mobil Maternal untuk Tekan Angka Kematian Ibu
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat angka kematian ibu (AKI) di tahun 2021 mengalami peningkatan.
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat angka kematian ibu (AKI) di tahun 2021 mengalami peningkatan.
Sebagai salah satu upaya menekan angka kematian ibu, Dinkes Bantul telah meluncurkan mobil gawat darurat maternal yang dilengkapi inkubator dan alat persalinan lainnya.
"Alhamdulillah meski banyak refocusing di pusat, kita masih dapat dana alokasi khusus, salah satunya adalah mobil Public Safety Center (PSC) khusus untuk gawat darurat persalinan dan gawat darurat bayi yang butuh rujukan segera, sehingga kita punya akses yang lebih cepat," ujar Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus Budi Raharja, Rabu (24/11/2021).
Dari data yang ia miliki, AKI di tahun 2021 hingga bulan November sudah mencapai 43 orang, di mana 29 di antaranya dikarenakan Covid-19.
Angka itu jauh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, di mana pada Januari - November 2020 terdapat 17 kasus kematian ibu. Sementara pada tahun 2019 terdapat 13 kasus dan 2018 ada 14 kasus.
Baca juga: Honda DBL DIY Series Digelar Kembali dengan Format Tanpa Penonton
Ia menyatakan bahwa angka kematian ibu yang sering kali terjadi dikarenakan ada pendarahan, maka dari itu masalah transportasi menjadi sangat penting dalam membantu percepatan pertolongan pada ibu hamil.
Maka dari itu, jika mengalami kegawatdaruratan pada ibu hamil atau bayi, masyarakat dapat menghubungi layanan 119.
"Mudah-mudahan dengan kehadiran 119 bisa memberikan layanan yang lebih baik, dengan respon time yang lebih cepat. Selama ini kita rata-rata di 15 menit, mudah-mudahan bisa kurang dari itu," ucapnya.
"Masyarakat tidak usah resah, cukup tekan 119 kami akan datang," imbuhnya.
Kepala Seksi Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Bantul, Karjiyem menyatakan bahwa peralatan untuk menunjang keselamatan ibu hamil dan bayi di mobil tersebut cukup lengkap.
Selain bed, inkubator dan oksigen, ada pula beberapa peralatan yang mendukung kegawatdaruratan persalinan dan bayi.
"Ada bed untuk transit pasien dan monitor, jadi bisa monitoring baik jantung, nafas, nadi si ibu, peralatan persalinan juga ada. Alat resusitasi juga ada," ungkapnya.
Jadi dengan fasilitas ini, jika ada kegawatdaruratan saat proses rujukan maternal, tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan pertolongan. Ia pun menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang bertugas sudah dilatih dan memiliki kompeten kegawatdaruratan terutama dalam membantu proses persalinan.
"Ketika ada kegawatdaruratan pada ibu, bisa melakukan tindakan di dalam (mobil). Ketika terpaksa harus melahirkan di jalan, bayi juga bisa masuk ke inkubator," urainya.
Namun demikian, yang paling penting untuk menunjang keselamatan ibu melahirkan adalah saat perencanaan dan monitoring kesehatan kehamilan.
Saat disinggung masih banyaknya angka kasus kematian ibu di tahun ini, Karjiyem menyatakan bahwa faktor sosial turut menjadi penyebabnya.
"Masalah sosial jadi penyebabnya. Kematian ibu karena faktor sosial itu misalnya si ibu ini sembunyi-sembunyi, proses nikah siri, hamil di luar nikah," bebernya.
Sementara dari 43 kasus AKI, 29 diantaranya disebabkan karena Covid-19. Menurutnya semua ibu hamil memiliki risiko, terlebih jika ibu hamil tersebut terpapar Covid-19.
"Kemarin kita ketahui pada bulan Juni-Juli, dalam sehari ada dua ibu hamil yang meninggal. Saat itu memang kasus Covid-19 sedang meledak dan varian delta kemarin banyak menyerang pada ibu hamil, bayi balita. Dan itu tanpa gejala," tandasnya.
Maka dari itu, agar permasalah yang dialami ibu hamil dapat teratasi, terkhusus untuk masalah sosial, Dinkes Bantul sejak tahun lalu telah menyebar 225 kader Srikandi Sehat di 75 kalurahan se-Kabupaten Bantul. Masing-masing kalurahan memiliki tiga Srikandi Sehat.
Pihaknya terus melakukan koordinasi dengan kader Srikandi Sehat, pertemuan baik daring maupun luring terus dilakukan. Langkah ini dilakukan untuk update data ibu hamil di tiap kalurahan dan terus mengasah kompetensi kader-kader tersebut.
"Kita selalu update masalah terkini, tidak hanya di kematian yang kita bahas, tapi ketika ada kehamilan yang terlantar atau bermasalah, kita bahas di situ," ungkapnya.
Baca juga: Polres Klaten Bantu 40 Sak Semen untuk Renovasi Masjid di Desa Brangkal
"Yang terpenting saya selalu bilang, buka mata dan telinga lebar-lebar. Jika ada wanita usia subur perutnya membesar, harus cari informasi kalau belum terdata," imbuhnya.
Ketika sudah dilakukan pendataan, maka ibu hamil harus mendapatkan pelayanan ANC terpadu di puskesmas.
Itu merupakan syarat ibu hamil dalam kunjungan pertamanya di Puskesmas.
ANC terpadu itu seperti konsultasi ke ahli gizi, laboratorium, dokter gigi, dokter umum, bahkan jika terdeteksi ada kelainan jantung harus melalui pelayan EKG.
Ia pun menyebutkan bahwa saat ini Puskesmas juga sudah tersedia pelayanan EKG.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa rencananya pada 1 Desember nanti, pihaknya akan mengundang 17 panewu, 75 lurah dan 27 kepala puskesmas dan itu tidak boleh diwakilkan,
"Kita akan diskusi FGD untuk benar-benar membentuk metode bagaimana kematian ibu bisa dicegah, diantisipasi dan dikendalikan," tutupnya. (nto)