Antisipasi Banjir Lahar Dingin Merapi, BPBD Sleman Pasang Sensor Banjir di Kali Boyong
Antisipasi Banjir Lahar Dingin Merapi, BPBD Sleman Pasang Sensor Banjir di Kali Boyong
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman melakukan pelbagai langkah antisipasi dalam menghadapi musim penghujan yang diperkirakan mulai terjadi pada akhir Oktober ini.
Satu di antaranya adalah memasang sensor banjir di Kali Boyong kawasan lereng Merapi.
"Kegiatan antisipasi cuaca ekstrim khususnya di lereng Merapi, kita kerjasama dengan RAPI, bikin sensor banjir di Turgo. Kemarin sudah mulai dibangun, sudah mulai uji coba, ternyata bisa," kata Kasi Mitigasi Bencana, BPBD Sleman, Joko Lelono, Selasa (19/10/2021).
Sensor berbentuk sling. Sling tersebut dipasang membentang di atas permukaan Kali Boyong dengan ketinggian dua meter.
Sistem kerjanya sederhana. Jika sling terkena aliran lahar dingin, maka sensor tersebut akan mengirim sinyal ke repeater RAPI.
Joko menjelaskan, lebar kali Boyong seratus meter. Jika aliran banjir yang datang menyentuh ketinggian dua meter maka dipastikan aliran tersebut akan sampai di Pulowatu dan meluber ke pemukiman warga.
Untuk itu, dibutuhkan sensor yang dapat mengirim sinyal ke repeater. Dari sana kemudian diumumkan adanya potensi banjir di Kali Boyong yang berpotensi masuk ke Kota.
"Jadi nanti repeater RAPI akan memberi peringatan bahwa banjir sudah mencapai titik di EWS (early warning system) Turgo," katanya.
Baca juga: Kali Boyong Merapi Dikabarkan Banjir, Begini Penjelasan BPBD Sleman
Baca juga: UPDATE Gunung Merapi Selasa 19 Oktober 2021: Keluarkan Dua Kali Guguran Lava ke Barat Daya 1 Km
Selain sensor di Turgo, di sepanjang aliran sungai yang berhulu lereng Merapi juga sudah terpasang sejumlah early warning system (EWS).
Joko mengatakan, saat ini sudah ada 20 EWS dan semuanya dalam kondisi ready. Pihaknya saat ini terus memantau perkembangan situasi dan kondisi.
Sebab, awal musim penghujan perkiraan dari BMKG Yogyakarta akan tiba setelah 21 Oktober.
Joko mengaku mulai menyiapkan langkah antisipasi dengan membuat surat ke tiap Kapanewon agar menyiapkan kegiatan Mitigasi dan kesiapsiagaan.
Seperti misalnya, unit ops (operasional) di Kapanewon dan unit lak (pelaksana) di Kalurahan dibantu relawan mulai melakukan pemantauan di wilayah masing-masing.
Bisa dalam bentuk kegiatan pemangkasan ranting dan dahan pohon untuk mengurangi potensi pohon tumbang.
Sementara, BPBD juga terus melakukan pemantauan setiap kejadian di Pusat Pengendalian operasi (Pusdalops)
"Kalau ada laporan bencana, nanti akan diketahui kejadian seperti apa. Nanti kami akan mengirim, mensupport dengan TRC dan peralatan yang sudah disiapkan di BPBD," kata dia. (Tribunjogja/Ahmad Syarifudin)