BBM Jenis Solar Langka, Organda DIY Kehilangan Margin 5 Persen untuk Cari SPBU
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) V Hantoro mengatakan kelangkaan solar yang terjadi saat ini sangat
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bio solar terjadi di sejumlah daerah.
Akibatnya, para pengusaha angkutan pariwisata kini harus mengeluarkan biaya operasional yang lebih tinggi guna mencari SPBU yang memiliki stok solar berlimpah.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) V Hantoro mengatakan kelangkaan solar yang terjadi saat ini sangat menyulitkan jalannya operasional armada bus yang dimiliki oleh para pengusaha transportasi.
Pasalnya, waktu tempuh setiap bus yang beroperasi menjadi bertambah sebab para supir bus harus mencari SPBU yang memiliki stok BBM jenis solar akibat kuota solar yang terbatas.
Baca juga: Sempat Down, Atlet DIY Rahma Anisa Berhasil Mendapat Medali Perak di PON XX Papua
"Ya pasti menganggu. Ngapain ada tol tapi akhirnya kami muter-muter mengubah rute untuk nyari solar. Kalau memang solar gak ada ya mbok dinaikan atau gimana aturannya. Jangan seperti ini, kan sama saja biaya yang kami keluarkan tinggi karena muter-muter," katanya, saat dikonfirmasi, Minggu (17/10/2021).
Akibat waktu tempuh yang bertambah itu, para pengusaha bus harus kehilangan margin sebesar 5 persen, karena sudah mengubah rute perjalanan demi mendapatkan solar.
"Misal muter-muter itu biaya yang keluar 5 persen ada, itu kan nominal saja. Yang kami sayangkan itu kan waktunya jadi panjang," tegas dia.
Sementara apabila kelangkaan solar disiasati dengan mengurangi armada bus yang akan beroperasi, para pengusaha angkutan darat itu sudah terikat kontrak dengan konsumen.
"Kalau pengurangan kendaraan gak bisa, tiket sudah terjual soalnya," paparnya.
Hantoro menambahkan, kelangkaan bahan bakar minyak jenis solar ini sudah ia rasakan sudah sekitar satu bulan.
Para anggota Organda DIY hanya pasrah dengan kondisi ini, sebab menurut Hantoro menyuarakan keluh kesahnya terkait kelangkaan solar ini kepada pemerintah selalu berakhir mengecewakan.
"Sekitar satu bulan ini langka. Kalau saya ini udah males ngomong ke pemerintah. Udah capek, buang-buang energi," tegasnya.
Sementara Ketua Dewan Pertimbangan Himpunan Pengusaha Swasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Siswanto mengatakan pihaknya selaku distributor minyak dan gas di tingkat daerah hanya menjalankan kebijakan dari pemerintah.
"Nah, kebijakan ini memang maksudnya untuk mengurangi subsidi. Tapi akhirnya ada dampak antrean kendaraan yang mencari solar," jelasnya.
Dalam persoalan ini, Siswanto berharap ketersedian BBM jenis solar dapat normal kembali dalam waktu dekat.
Baca juga: Bangunan Bekas Warung Makan dan Lahan Kosong di Klaten Terbakar, Pemilik Rugi Rp 85 Juta