Replika Robot Mirip Transformers dari Bantul, Laku Keras di China dan Jerman

erawal hobi mengoleksi sepeda motor tua, Eri Sudarmono (42) warga Padukuhan kauman, Kalurahan Gilangharjo, Kapenewon Pandak, Bantul sukses

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Santo Ari
Eri mununjukan replika robot yang siap dikirim 

Dalam proses pengerjaan, motor yang datang akan dibongkar oleh mekanik kemudian dibersihkan.

Proses setelahnya adalah membuat kerangka utama dan menempel onderdil motor dengan las. Dan langkah terakhir adalah pengecatan.  

Eri menunjukan replika robot yang siap dikirim
Eri menunjukan replika robot yang siap dikirim (TRIBUNJOGJA.COM/ Santo Ari)

"Saya hanya pakai bahan dari besi atau alumunium. Misalnya jok motor, atau yang berbahan plastik tidak saya pakai. Karena itu juga mudah rusak," urainya.

Dari berproses selama 7 bulan itu, setidaknya sudah ada 30 unit replika robot berukuran 3 meter yang telah laku terjual. Kebanyakan pembelinya dari China, selain itu ada juga pembeli dari Jerman yang membeli 4 unit replika robot.

"Kalau di Indonesia, hanya 1 yang beli buat dekorasi kafe. Tapi sekarang, setelah viral semakin banyak pesanan dari Indonesia," ucapnya.

Terkait replika robotnya, rata-rata satu robot memerlukan 5 unit sepeda motor. Ketika sudah rampung, replika robotnya dijual seharga Rp 30 juta hingga Rp 60 juta tergantung tingkat kerumitan atau detilnya.

Dirinya bahkan pernah membuat replika gajah yang laku terjual Rp 60 juta, bahan dasarnya adalah onderdil dari 10 sampai 12 unit motor.

Selain membuat replika robot, dirinya juga tetap menjalankan hobi sebagai pengoleksi motor jadul. Tak sedikit pula sepeda motor yang ia beli untuk kemudian direstorasi, bukan untuk dibuat sebagai bahan dasar replika robot.  

"Kalau restorasi, masih untuk koleksi pribadi, meski ada yang menawar, tapi sementara belum dilepaskan. Ada 50 motor yang direstorasi dan ada saya beli yang bahannya masih bagus," katanya.  

Karena kesukaannya dengan robot, ia berencana akan membuat robot yang bisa bergerak. Namun proses ke sana masih cukup panjang. Eri masih perlu mematangkan lagi desain dan mekanisme robot itu agar bisa bergerak.

Baca juga: Sekati YK Ing Mall, Upaya Pemkot Yogyakarta Hidupkan Hegemoni Pasar Malam Sekaten 

"Ke depan, rencana bikin robot yang bisa jalan. Sketsa sudah ada. Itu nanti menghidupkannya pakai mesin, ada 3 mesin. Di dada dan kaki. Tapi kalau sekarang masih fokus untuk replika robot dulu. Kalau yang ingin memesan bisa menghubungi saya di 081227222829 atau akun instagram er_studio_art," tandasnya.

Sementara itu Rustamto (40) warga Pajangan, Bantul yang merupakan karyawan dari ER Studio Art mengungkapkan bahwa satu orang di sana rata-rata bisa membuat 1 replika robot selama dua minggu. Ia mengakui bahwa tidak mudah membuat replika robot, terutama yang berukuran besar.

"Kalau dibilang susah ya susah, tapi akan tidak terlalu sulit  kalau kita sudah terbiasa," ucapnya.

Kesulitan yang dihadapi adalah kondisi bahan dasar yang tidak selalu bagus. Misalnya ada potongan onderdil motor yang berkarat, maka harus dibersihkan terlebih dahulu agar bahan itu dapat mudah dilas.

Dan membuat replika robot ini juga dibutuhkan kejelian agar bagian kanan dan kiri tubuh dapat presisi.

"Sebisa mungkin harus presisi. Tapi misalnya ada bagian mesin yang yang tidak sama kanan-kiri ya akan kita sesuaikan dengan bahan dan ketebalan yang mirip, agar dapat proporsi robotnya," ungkapnya. (nto)  

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved