Mengenal Vaksin Zifivax, Vaksin Baru Covid-19 yang Telah Kantongi Izin Penggunaan Darurat dari BPOM
Vaksin Zifivax menjadi jenis vaksin Covid-19 kesepuluh yang dapat digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia.
Penulis: Muhammad Fatoni | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM - Satu lagi jenis vaksin Covid-19 baru yang akan digunakan di Indonesia.
Vaksin Zifivax yang merupakan vaksin Covid-19 produk dari China, telah resmi masuk ke Indonesia dan akan digunakan untuk program vaksinasi di tanah air.
Vaksin Zifivax menjadi jenis vaksin Covid-19 kesepuluh yang dapat digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun telah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk Vaksin Zifivax asal China.
Baca juga: Pemkot Yogyakarta Tegaskan Hampir Seluruh Penduduknya Tuntas Tervaksin Covid-19
Baca juga: Vaksinasi di Bantul dan Gunungkidul Rendah, Sri Sultan HB X: Kalau Jam 12 Bubar Nggak Bakal Selesai
"Pada hari ini Badan POM telah memberi persetujuan terhadap satu produk vaksin Covid-19 yang baru dengan nama dagang Zifivax," kata Kepala BPOM, Penny K Lukito, dalam Konferensi Pers Penerbitan EUA Vaksin Zifivax, Kamis (7/10/2021).
Vaksin Zifivax ini memiliki efikasi yang cukup tinggi, mencapai 81 persen.
Berikut fakta-fakta terkait dari vaksin Zifivax :
1. Asal vaksin Zifivax
Penny menjelaskan, vaksin ini diproduksi oleh Anhui Zifei Longcom Biopharmaceutical asal China dan dikembangkan di Indonesia bekerjasama dengan PT Jebio.
Vaksin ini menggunakan platform rekombinan protein subunit untuk memicu respons imun.
Teknologi ini diklaim lebih aman untuk pasien immunocompromised.
Dilansir dari laman Precision Vaccinations, ZifiVax adalah vaksin subunit protein yang menggunakan bentuk dimer dari receptor-binding domain (RBD) sebagai antigen, bagian yang tidak berbahaya dari virus SARS-Cov-2.
"Saya kira yang perlu mendapat catatan adalah vaksin ini dikembangkan melalui uji klinik yang dilakukan di Indonesia," imbuh Penny.

Uji klinik fase 3 dilakukan di lima negara, yakni Indonesia, Uzbekistan, China, Pakistan, dan Ekuador.
Dengan jumlah subjek uji klinis fase III sekitar 28.500 orang dan di Indonesia sendiri ada 4.000 subjek.