Tol Yogya Solo
Rumah dan Lahan di Kalasan Sleman Mulai Diratakan dengan Tanah untuk Proyek Tol Yogya-Solo
royek pembangunan jalan tol Yogya-Solo, maupun tol Yogya-Bawen terus berlanjut. Setelah uang ganti rugi dibayarkan, kini mulai melakukan pembersihan
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Proyek pembangunan jalan tol Yogya-Solo, maupun tol Yogya-Bawen terus berlanjut. Setelah uang ganti rugi dibayarkan, kini mulai melakukan pembersihan lahan (land clearing).
Sebagian warga terdampak, saat ini sudah merobohkan bangunan rumah. Lahan persawahan juga mulai dibersihkan.
Pantauan Tribun Jogja, Minggu (12/9/2021), di Padukuhan Kadirojo 2, Purwomartani, Kalasan, sejumlah rumah mulai ditinggalkan dan dirobohkan.
Begitu juga di padukuhan sebelahnya, yaitu Temanggal 2, sejumlah rumah dan lahan persawahan telah dibersihkan dan diratakan.
Lahan yang dibersihkan itu, sebagian adalah lahan garapan warga padukuhan Temanggal 1.
Lokasi kedua padukuhan ini memang bersebelahan, dan sama-sama terdampak pembangunan tol Yogya-Solo.
Baca juga: Disparpora Kabupaten Magelang Belum Izinkan Simulasi Operasional Wisata Kolam Pemandian
"Di padukuhan Temanggal 1, yang terdampak tol, ada 111 bidang. Mayoritas pemukiman dan ladang," kata Kepala Padukuhan Temanggal 1, Sugiharto, mengawali cerita, kala ditemui Tribun Jogja.
Ada sembilan Padukuhan di Kalurahan Purwomartani, Kapanewon Kalasan ini yang terdampak dalam proyek pembangunan jalan tol Yogya-Solo.
Mayoritas warga terdampak (di Padukuhan Kadirojo 2 dan Temanggal 2), telah menerima uang ganti rugi.
Karenanya, lahan dan rumah sekarang mulai dibersihkan. Sementara di Padukuhan Temanggal 1, warga sekarang masih menunggu penyelesaian proses ganti rugi.
Sugiharta mengatakan, di wilayah Temanggal 1, ada 32 rumah warga yang terdampak jalan tol.
Rumah tersebut paling banyak berada di RT 5 dan sebagian kecil ada di RT 4.
Kebanyakan rumah warga yang terdampak adalah bangunan lama namun telah direnovasi menjadi bangunan baru.
Ia tidak menampik, sebagian warga awalnya memang ada yang sedikit kecewa dengan proyek jalan tol.
"Warga kami tidak menolak. Tapi minta dihargai. Ingin uang ganti rugi jalan tol di atas harga pasar, agar bisa membeli tanah kembali," ujar Sugiharta yang juga sebagai Satgas B dalam proyek pembangunan jalan tol Yogya-Solo.
Proses pemberkasan menurutnya telah selesai, dan warga kini tinggal menunggu uang ganti rugi.
Warga terdampak yang sudah membongkar bangunan dan rumah juga ada di Padukuhan Sanggrahan, Tirtoadi, Mlati.
Sebagaimana diketahui, wilayah padukuhan ini menjadi titik pertemuan jalan tol Yogya-Solo danYogya-Bawen.
Titik pertemuan berada di tengah permukiman. Alhasil, hampir lima puluh persen rumah warga tergerus.
"Sebagian rumah, sekarang sudah ada yang dibongkar," kata Heky Prihantoro, Jogoboyo (Kasi Pemerintahan) Kalurahan Tirtoadi, sekaligus menjabat Plt Dukuh Sanggrahan.
Baca juga: PREDIKSI Formasi & Skor AC MILAN vs LAZIO: Link Streaming & Siaran Langsung Malam Ini Pukul 23.00
Ada sekira 344 bidang di Kalurahan Tirtoadi yang terdampak pembangunan jalan tol Jogja- Bawen. Uang ganti rugi hampir 98 persen telah dibayarkan.
Karenanya, sebagian warga sudah mulai merobohkan rumahnya, kemudian membangun kembali. Mayoritas warga pindah ke sebelah kampung atau tak jauh dari lokasi semula.
Satu di antaranya, adalah Arif Ikhsan Nur Fitri, warga Pundong IV.
Setelah rumah dan pekarangannya tergerus tol, Ia memilih membelanjakan uang Rp 2,5 miliar dari ganti rugi tol untuk kembali membeli tanah dan membangun rumah.
Menurut dia, sebagai warga terdampak pembangunan tol tidak lantas bahagia. Perasaannya campur aduk.
Memang benar memiliki uang ganti rugi cukup banyak. Namun baginya ada hal yang tidak bisa dinominalkan dengan materi yaitu, sejarah dan kenangan.
"Di rumah ini, saya punya banyak kenangan. Saya kecil dan besar di sini. Nantinya, akan berubah menjadi jalan tol," ucap dia. (rif)