Berdayakan Petani di Desanya, Warga Magelang Sukses Pasarkan Ubi Jalar Hingga Ke Luar Negeri

Desa Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah terkenal akan melimpahnya hasil pertanian terutama ubi jalar (Ipomoea batatas).

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Kurniatul Hidayah
istimewa
Hasil panen ubi jalar para petani di Desa Windusari, yang akan disortir untuk dijual di pasar lokal maupun luar negeri. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Desa Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah terkenal akan melimpahnya hasil pertanian terutama ubi jalar (Ipomoea batatas).

Namun, tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi tersebut, sulit untuk laku di pasaran.

Ditambah, harga komoditas ubi jalar yang tidak selalu stabil. Kadang bagus dan kadang pula turun drastis.

Alhasil, para para petani selalu didera kerugian. Hingga, banyak petani lebih memilih tidak memanen bahkan menguburnya ketika menggarap lahan untuk menanam berikutnya.

Baca juga: Indikator Pengupahan Berubah, Disnakertrans Gunungkidul Tak Lagi Lakukan Survei KHL

Berangkat dari kejadian itu, Miftah Khusurur (48) warga Ngadigunung RT 03 RW 02 Desa/Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah memberanikan diri untuk menampung ubi jalar para petani agar bisa diperjualbelikan dengan harga yang lebih layak.

“Niatnya memang ingin menolong. Kasihan, para petani karena hasil yang didapat sangat sedikit bahkan merugi," jelasnya pada Kamis  (02/09/2021).

Dalam usaha membeli dan menjual kembali ubi jalar, Miftah sudah menekuni sejak tahun 2016 lalu. 

Saat itu di Windusari mulai dikenal sebagai penghasil ubi jalar manis yang disebut ubi Madusari. 

Ubi jenis ini tak kalah dengan ubi sejenis dari daerah Jawa Barat. Sehingga ubi Madusari mulai merambah pemasarannya ke luar Jawa Tengah.

“Kami mencoba  terus meluaskan pasarannya. Hingga, berani mengekspor ubi Madusari ke luar negeri. Tepatnya ke Singapura,” ucapnya.

Untuk ubi yang dibeli dari petani, ia harus menyortir dan menjadikan tiga tingkatan kualitas ubi. 

Untuk kualitas 1 adalah ubi untuk ekspor, kualitas 2 untuk dipasarkan ke kios atau warung, dan untuk kualitas 3 dijual ke pasar atau dibeli perajin makanan ringan.

“Ubi kualitas tiga biasanya dipesan para perajin grubi atau ceriping. Sedangkan yang di kios atau warung biasanya khusus menjual ubi untuk digoreng atau dioven. Seperti yang banyak dijajakan di kios-kios ubi,” tutur Bapak dua anak ini.

Baca juga: Tak Bisa Kerja Imbas PPKM yang Terus Diperpanjang, Penyanyi Ini Menangis Histeris di Gedung DPRD DIY

Saat ini, sebut Miftah, harga ubi sedang bagus karena bisa mencapai Rp 4 ribu per kilogram. Namun diakui pula pandemi memengaruhi usahanya. 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved