Pemulung di Kota Yogyakarta Dapat Sepeda Motor Baru Saat Memilah Sampah
Bagaikan mendapat durian runtuh, Sartini (42) seorang pemulung yang sehari-hari menjual sampah dan barang bekas di Depo Sampah Jalan Brigjen Katamso
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bagaikan mendapat durian runtuh, Sartini (42) seorang pemulung yang sehari-hari menjual sampah dan barang bekas di Depo Sampah Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta diberi sepeda motor secara cuma-cuma oleh orang tak dikenal.
Sartini tak menyangka, orang yang mengaku bernama Hasan itu benar-benar memberikan satu unit sepeda motor jenis Honda Beat warna Putih kombinasi biru pada Sabtu (21/8/2021) siang.
Pada hari itu Sartini seperti biasa sejak pukul 06.00 dirinya sudah sampai di depo sampah Jalan Brigjen Katamso.
Ia membawa serta anak-anaknya ke lokasi depo sampah itu, dan memulai aktivitas rutinnya yakni memilah sampah yang telah didapat selama dua hari untuk dijual.
Baca juga: Mural di Jembatan Kleringan Kota Yogyakarta Dihapus Satpol PP, Seniman Mural: Bakal Lebih Banyak
Saat siang hari di tengah aktivitasnya itu, tiba-tiba seorang pria mendatangi dirinya dan sempat berbincang-bincang terkait kondisi ekonomi keluarga Sartini.
Dia mengira pemuda yang mendatanginya siang itu lantaran hendak membuang sampah.
Akan tetapi sungguh di luar dugaan Sunarti, pemuda itu justru memberikan sepeda motor kepada Sunarti.
"Tak kira mau buang sampah. Tapi kok gak bawa sampah. Biasanya kan mahasiswa buat skripsi itu loh. Terus dia tanya-tanya gitu, saya bercanda kalau mau tanya-tanya mbok bawa beras sekilo mas," katanya, saat ditemui di tengah aktivitasnya memilah sampah di depo Jalan Brigjen Katamso, Senin (23/8/2021).
Sartini mengaku tak mengenal dengan pemuda yang memberinya sepeda motor tersebut.
"Saat saya tanya masnya dari mana, katanya dari Tuhan. Saya hanya perantara, bu. Bilang begitu dia. Saya tanya terus malah senyum gitu, namanya Hasan," ujarnya.
Ia menuturkan, sepeda motor tersebut kondisinya masih baru dan langsung turun dari dealer lengkap dengan surat-surat dan kwitansi pembelian.
Sebelum dikasihkan, pemuda itu sempat bertanya terkait penghasilan Sartini dan dengan jujur ia manjawab jika tidak mencari sampah dirinya tidak akan mendapat penghasilan.
"Suratnya lengkap, ada kwitansinya juga. Sebelum ngasih dia tanya penghasilan saya. Ya tak jawab kalau enggak nyari ya tidak dapat penghasilan," tutur dia.
Setelah beberapa saat bertanya tentang dirinya, pemuda tersebut kemudian mencopot helm dan memberikan kunci sepeda motor beserta surat-surat dan helm kepada Sartini.
"Tak pikir hanya guyon, masak iya motor dikasih. Kalau ngasih sepeda baru aja enggak percaya, apalagi ini sepeda motor baru," terang dia.
Angan-angan untuk memiliki sepeda motor diakui Sartini sudah lama muncul dalam benaknya.
Dengan kondisi ekonomi yang terbatas, ia pun sempat menabung dari hasil memulung untuk membeli sepeda motor yang harapannya dapat digunakan untuk keperluan usaha.
"Angan-angan mau beli motor bekas udah lama. Tapi baru terkumpul Rp 700 ribu setengah tahun lalu. Rencana pengen beli tapi uangnya habis buat keperluan lain," tuturnya.
Ibu enam anak itu tinggal bersama keluarganya dengan menyewa rumah di kampung Dipowinatan, Mergangsan, Kota Yogyakarta.
Dia harus menghidupi anak-anaknya itu dengan bekerja sebagai pengais sampah dan barang bekas.
Pendapatan seharinya tidak menentu, kadang dua hari bisa membawa pulang uang sebesar Rp 200 ribu, dan ketika sepi bisa di bawah Rp 100 ribu.
Meski menyewa rumah di Dipowinatan, Sartini lebih banyak menghabiskan waktunya di gubuk kecil yang letaknya tak jauh dari depo sampah di Jalan Brigjen Katamso itu.
Saat reporter Tribun Jogja berkunjung ke bangunan sederhana dengan luas sekitar 2x3 meter itu, ada empat anak kecil yang sedang bermain-main di dalamnya.
Mereka adalah anak-anak Sartini yang sengaja ditinggal di dalam gubuk tersebut ketika ia sudah memulai aktivitasnya di depo sampah.
"Itu anak-anak saya. Yang masih sekolah 2, yang balita 2 dan yang lain sudah gede. Saya anaknya enam," terang dia.
Sartini berjuang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, mulai dari kebutuhan makan untuk anak-anaknya, serta pulsa internet untuk anaknya yang masih mengenyam pendidikan.
Beban itu kian bertambah lantaran ia harus merawat suaminya bernama Murdono yang kini mengidap sakit diabetes dan ginjal.
Baca juga: Evaluasi PPKM Level 4, Kasus Covid-19 di Kota Yogyakarta Makin Melandai Seminggu Terakhir
"Sudah lama sebetulnya. Dulu disuruh operasi tapi enggak jadi. Itu penyakitnya gula dan ginjal. Biasanya kalau kambuh saya hanya belikan dia obat," jelas Sartini sambil menatap anak-anaknya yang sedang bermain.
Jika ditotal beban financial Sartini setiap bulannya yang harus dipenuhi yakni membayar sewa tempat tinggal sebesar Rp 1 juta, membeli pulsa internet untuk anaknya sekolah, dan biaya makan sehari-hari.
Untuk semantara ini sepeda motor yang sudah menjadi miliknya itu belum dipakai sama sekali.
Sartini belum memiliki rencana untuk menjual atau menggunakannya untuk usaha.
"Belum saya pakai. Saya juga masih bingung," ujar Sartini.
Video detik-detik pemuda yang memberikan sepeda motor kepada Sartini sudah tersebar di beberapa akun media sosial.
Tribun Jogja masih mencari tahu siapa sebenarnya pemuda yang memberi sepeda motor secara cuma-cuma itu. (hda)