Peran Yoga Restu Adi dalam Berdirinya Komunitas Jawil Jundil, Para Pemburu Aksi Klitih di Sleman
Yoga bersama belasan teman-temannya berinisiatif mendirikan sebuah komunitas bernama Jawil Jundil.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
"Hanya keberanian saja modalnya, sama loyalitas. Tapi kami tetap gak sembarangan. Ada latihan olah tubuh dan pernapasan juga. Jika swaktu-waktu terdesak kami bisa menangani," ujar dia.
Baca juga: Tiga Pelaku Klitih Terancam Hukuman 7 Tahun Penjara
Baca juga: Lagi, Pelajar SMA Terlibat Klitih di Yogyakarta, Pelaku Dijebloskan ke Balai Rehabilitasi Remaja
Mereka bergerak saat malam hari dengan jadwal yang tidak pasti. Untuk sementara ini pengamanan hanya dilakukan di wilayah Sleman saja.
Ada empat sektor yang menjadi pengawasannya dalam upaya memburu pelaku Klitih.
Yakni sektor Timur mulai dari Berbah, sektor Tengah ada di Maguwoharjo, Depok, sektor Barat ada di Jalan Godean hingga perbatasan Kabupaten, dan sektor Utara ada di wilayah Tempel.
Namun tidak menutup kemungkinan para anggota Jawil Judil tersebut menyebar di wilayan lain.
Tujuan lain dari komunitas Jawil Judil itu, menurut Yoga semata-mata ingin menciptakan kondusifitas suatu wilayah, serta untuk mengembalikan kembali semboyan Jogja berhati nyaman.
"Semua ini dilakukan tanpa pamrih. Semata-mata ingin menciptakan kondusivitas lingkungan. Serta mengajak remaja supaya peduli dengan lingkungan sekitar," jelasnya.

Dalam aksinya, tak jarang para anggota Jawil Judil tersebut berduel dengan para perusuh atau pelaku klitih yang pernah ditemui.
Atas eksistensinya itu, kini masyarakat Yogyakarta turut merespon baik terhadap gerakan yang kini dilakukan Yoga dan kawan-kawannya.
Ke depan ia berharap, masyarakat Yogyakarta sama-sama meluangkan waktunya untuk menjaga keamanan masing-masing lingkungan dari gangguan kamtibmas tersebut.
Sementara pesan terhadap para pekaku klitih, Yoga meminta agar sebaiknya meluruskan kembali makna pencarian jati diri yang selama ini dinilai menjadi motivasi awal para pelaku klitih.
"Karena itu kan berawal dari genk anak muda kan. Tapi itu (klitih) pencarian jati diri yang salah," pungkasnya.
( tribunjogja.com )